MENGEMBALIKAN ALKITAB KEPADA PEMILIKNYA


I. PENDAHULUAN

Sejak kejatuhan dalam dosa (Kejadian 3) manusia sudah terbuang dari hadapan Allah. Akibatnya adalah manusia tidak lagi mengenal siapa Penciptanya dan siapa Allahnya. Manusia mengalami kekeringan rohani yang luarbiasa dan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya manusia berusaha membuat allahnya sendiri yakni, berhala yang pada hakekatnya bukan Allah (Roma 1:23).

Namun syukur kepada Allah oleh karena anugerah-Nya maka Ia berkenan menyatakan Diri kembali kepada manusia yang sudah sesat itu. Dalam menyatakan siapa Diri-Nya Allah memakai dua macam cara, yakni:

1. Melalui wahyu umum: alam semesta dan hati nurani (Mazmur 19:1-5; Roma 1:18-20; 2:14-16).

2. Melaui wahyu khusus: Alkitab.

Jadi bisa dikatakan bahwa Allah memberikan wahyu, khususnya Alkitab supaya manusia tahu kembali siapa Allahnya dan menyembah Dia. Namun dalam perjalanannya Alkitab, wahyu Allah ini seringkali diselewengkan. Ada saja orang yang berusaha merampasnya dari pemilik asli dan mau menguasai Firman Allah itu.

II. SEJARAH PERAMPASAN ALKITAB

Sifat menguasai merupakan salah satu sifat manusia termasuk dalam hal menguasai Kitab Suci. Sepanjang sejarah keberadaan Alkitab bisa dicatat banyak upaya dari segelintir orang yang mau menguasai buku tua tersebut terlepas dari apa motivasinya. Di sini akan disebutkan beberapa peristiwa dimana pernah terjadi penguasaan Alkitab oleh segelintir orang.

Dari catatan sejarah yang ada diduga bahwa golongan yang pertama sekali mencoba menguasai Alkitab adalah para ahli Taurat. Golongan ahli Taurat muncul pada masa Ezra dimana Ezra dikenal sebagai ahli Taurat Allah semesta langit (Ez. 7:12) kemudian mereka terus mengalami regenerasi dari masa ke masa hingga pada masa Tuhan Yesus bahkan sampai sekarang. Terbentuknya golongan ahli Taurat ini berangkat dari niat mulia, yaitu adanya kerinduan dari segelintir orang untuk menyelidiki isi Alkitab khusunya Perjanjian Lama kemudian mengajarkannya kepada umat Israel yang sudah lupa akan isi (bahasa) Alkitab akibat pembuangan selama 70 tahun (atau lebih).

Namun yang disayangkan ialah niat awal yang baik para ahli Taurat ini untuk menyelidiki Alkitab dan mengajarkannya kepada umat Tuhan kemudian berubah menjadi penguasaan atas Alkitab. Khususnya pada masa Tuhan Yesus para ahli Taurat dikenal sebagai golongan yang punya kuasa penuh dalam menafsirkan dan mengajarkan Alkitab. Ajaran-ajaran mereka yang begitu rumit ditambah dengan tafsiran-tafsirannya menjadi tolak ukur dalam kehidupan agama Yahudi waktu itu. Akibatnya umat Israel semakin menjauh dari Alkitabnya. Pengetahuan Alkitab umat berpatokan dari apa kata, ajaran atau tafsiran ahli-ahli Taurat. Jadi Alkitab yang dulu ditulis begitu lugas, sederhana dan mudah dimengerti sekarang menjadi sesuatu yang rumit dan asing.

Apa yang dilakukan para ahli Taurat ini bukanlah yang pertama dan terakhir. Di masa kemudian ditemukan juga segelintir orang yang sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar ingin menguasai Alkitab. Mereka itu adalah Gereja Roma Katolik khusunya para imamnya. Penguasaan atas Alkitab saat itu di latar belakangi oleh adanya terjemahan Alkitab yang disebut dengan Vulgata. Sebenarnya Vulgata ditulis supaya masyarakat mengerti isi Alkitab dalam bahasa umum yang banyak digunakan waktu itu, yaitu bahasa Latin. Namun anehnya di kemudian hari terjemahan Vulgata ini dijadikan sebagai satu-satunya terjemahan resmi gereja. Terjemahan di luar itu tidak diakui dan diizinkan beredar.

Selain itu Vulgata hanya dipegang oleh para imam saja. Akibatnya, orang awam tidak lagi mengerti isi Alkitab secara utuh.

Barulah setelah reformasi muncul, Alkitab mulai diterjemahkan dalam banyak bahasa untuk dibaca oleh orang-orang Kristen. Namun itu tidak berarti juga Alkitab sudah menjadi milik banyak orang. Walaupun Alkitab sudah beredar dalam berbagai bahasa di seluruh dunia dan dimiliki oleh setiap orang Kristen namun lambat laun Alkitab kembali mau dikuasai oleh komunitas tertentu saja, yaitu komunitas Theologia.

Barangkali komunitas ini tidak menyadari bahkan tidak bermaksud untuk menguasai Alkitab. Namun prakteknya mengarah ke sana. Di Sekolah-sekolah Theologia Alkitab digali, diselidiki, ditafsirkan lalu dikhotbahkan kepada jemaat. Hasilnya memang baik dimana jemaat bisa mendapatkan makanan rohani yang relatif lebih murni. Tapi di satu sisi juga jemaat menjadi bergantung pada para rohaniawan. Pengetahuan Alkitab jemaat kembali digantungkan sepenuhnya pada apa kata tafsiran atau ajaran pendeta. Jemaat tidak lagi mendapatkan makanan rohani langsung dari sumbernya yaitu Alkitab.

Penguasaan Alkitab ini baik yang dilakukan oleh golongan ahli Taurat, Gereja Roma Katolik maupun komunitas Theologia bisa dikatakan sebagai bentuk perampasan Alkitab dari pemilik aslinya.

III. SIAPA PEMILIK ASLI ALKTAB?

Dari dulu sampai sekarang bahkan pada masa yang akan datang tidak ada orang atau golongan yang bisa mengklaim dirinya sebagai pemilik tunggal Alkitab karena memang Alkitab tidak ditulis dengan maksud seperti itu. Jadi kalau begitu siapa sebenarnya yang menjadi pemilik atas buku kuno ini? Dari dalam Alkitab sendiri terungkap siapa pemilik Alkitab.

Di sini dituliskan ke-66 kitab dan alamat kitab-kitab itu ditujukan:

1. Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan, ditujukan kepada umat Israel khususnya mereka sedang yang mengembara di padang gurun.

Tujuan:

Kejadian: Menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dan sejarah manusia.

Keluaran: Menyatakan bagaimana tangan Tuhan melepaskan umat-Nya dari perbudakan.

Imamat: Menyatkan berbagai aturan untuk menjaga kekudusan umat Tuhan.

Bilangan: Menyatakan kegagalan umat Tuhan dalam meraih janji Allah.

Ulangan: Memeperseiapkan umat Tuhan untuk menerima janji-janji allah.

2. Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung, ditujukan kepada bangsa Israel sebagai umat Allah yang sedang berdiam di Tanah Perjanjian (Kanaan).

Tujuan:

Yosua: Menyatakan bagaimana Tuhan menggenapi janji-janji-Nya dahulu.

Hakim-hakim: Menyatakan kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya yang tidak setia.

Rut: Menyatakan kasih Allah terhadap orang kafir.

1&2 Samuel: Menyatakan keberhasilan dan kegagalan para hamba Tuhan.

Ayub: Menyatakan bagaimana orang percaya bisa dicobai tetapi Allah setia memulihkan.

Mazmur: Menyatakan pengalaman-pengalaman rohani umat Tuhan.

Amsal: Menyatakan berbagai hikmat yang mengajar orang untuk hidup lebih baik.

Pengkhotbah: Menyatakan bahwa tanpa Allah segala sesuatu sia-sia saja.

Kidung Agung: Menunjukkan kebaikan dan keindahan cinta-kasih yang sejati.

3. Yesaya, Yeremia, Ratapan, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk dan Zefanya, ditujukan kepada bangsa Israel yang terancam dihukum dan dibuang oleh Tuhan.

Tujuan:

Yesaya: Menyatakan ancaman Allah karena dosa dan juga pengharapan di masa depan

Yeremia: Menyatakan juga ancaman Allah dan perjanjian baru di masa depan.

Ratapan: Menunjukkan ratapan akibat penghukuman atas dosa umat Tuhan.

Hosea: Menunjukan ketidaksetiaan umat tuhan sekaligus menunjukkan kesetiaan Tuhan.

Yoel: Menyatakan berbagai bencana sebagai hukuman tuhan atas dosa mat-Nya.

Amos: Mengecam dosa ketidakadilan di masyarakat.

Obaja: Menyatakan bahwa bersukacita atas penderitaan orang lain adalah dosa.

Yunus: Menyatakan bagaimana Allah menghendaki pertobatan daripada penghukuman.

Mikha:Menyatakan kepastian penghukuman umat Tuhan akibat dosa mereka.

Nahum:Menyatakan penghukuman allah atas kekejaman dan keangkuhan.

Habakuk:Menyatakan bahwa orang jahat akan mati dan orang benar akan hidup.

Zefanya:Menyatakan penghukuman dari Tuhan akibat dosa penyembahan berhala.

4. 1&2 Raja-raja, Yehezkiel dan Daniel, ditujukan kepada bangsa Israel yang sedang ada dalam pembuangan.

Tujuan:

1&2 Raja-raja: Menyatakan keberhasilan dan kegagalan umat Tuhan.

Yehezkiel: Memberikan penghiburan tentang masa depan kepada umat yang dihukum.

Daniel: Megeskan bahwa Allah yang menentukan jalannya sejarah setiap bangsa.

5. 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Hagai, Zakharia dan Maleakhi ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah pulang dari pembaungan.

Tujuan:

1&2 Tawarikh: Menyatakan sejarah keberadaan Israel sebagai umat Allah.

Ezra: Menyatakan bahwa Allah menepati janji-Nya mengembalikan umat-Nya dari pembuangan.

Nehemia: Menyatakan bagaimana sikap yang bersandar kepada Allah membawa keberhasilan dalam tugas pelayanan.

Ester: Menyatakan Allah sebagai Allah yang Mahakuasa yang menyelamatkan umat-Nya dari bahaya.

6. Matius, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Mesias.

7. Markus, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Romawi.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Anak Allah.

8. Lukas, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang agama kafir.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai manusia sejati/sempurna.

9. Yohanes, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi di perantauan.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Firman yang menjadi manusia.

10. Kisah Para Rasul, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang agama kafir.

Tujuan: Menyatakan kisah para rasul yang bersaksi.

11. Roma, ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.

Tujuan: Menyatakan Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.

12. 1&2 Korintus, ditujukan kepada jemaat Kristen di Korintus.

Tujuan:

1 Korintus: Menyatakan bagaimana Injil mampu memberikan jawaban terhadap persoalan jemaat khususnya persoalan moral.

2 Korintus: Menunjukkan kewibawaan seorang hamba Tuhan di mata jemaat.

13. Galatia, ditujukan kepada jemaat Kristen di Galatia.

Tujuan: menyatakan bahwa ketaatan agamawi tidak menyelamatkan manusia.

14. Efesus, ditujukan kepada jemaat Kristen di Efesus.

Tujuan: Menegaskan pentingnya kesatuan umat Allah yang telah ditebus.

15. Filipi, ditujukan kepada jemaat Kristen di Filipi.

Tujuan: Menyatakan akan pentingnya sukacita kristeniani dalam keadaan apa pun.

16. Kolose, ditujukan kepada jemaat Kristen di Kolose.

Tujuan: Menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan Kristus sudah sempurna.

17. 1&2 Tesalonika, ditujukan kepada jemaat Kristen di Tesalonika.

Tujuan:

1 Tesalonika: Menunjukkan keteguhan iman jemaat di tengah berbagai ajaran palsu.

2 Tesalonika: Menegaskan supaya jemaat tidak meributkan kedatangan Kristus kedua kali tetapi tetap bekerja sebelum waktu itu tiba.

18. 1&2 Timotius, ditujukan kepada Timotius, anak rohani Paulus.

Tujuan:

1 Timotius: Memberikan nasehat bagaimana menghadapi tekanan ajaran sesat.

2 Timotius: Memberikan nasehat bagaimana menjadi pelayanan yang baik.

19. Titus, ditujukan kepada Titus, anak rohani Paulus.

Tujuan: Memberikan nasehat bagaimana mengurus jemaat.

20. Filemon, ditujukan kepada Filemon, anak rohani Paulus.

Tujuan: Mengajak orang percaya untuk bisa mengampuni dan menerima orang lain sebagai saudara dalam Tuhan.

21. Ibrani, ditujukan kepada jemaat Kristen yang beralatar belakang Yahudi.

Tujuan: Menyatakan kesempurnaan Kristus dibandingkan tokoh-tokoh lain.

22. Yakobus, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi di perantauan.

Tujuan: Menyatkan bagaimana orang Kristen berlaku sehari-hari.

23. 1&2 Petrus, ditujukan kepada beberapa jemaat Kristen yang tersebar di banyak tempat.

Tujuan:

1 Petrus: Menyatakan bahwa penderitaan bis menjadi batu ujian iman orang percaya.

2 Petrus: Menegaskan bahwa kedatangan Kristus kedua kali pasti akan terjadi.

24. 1 Yohanes, ditujukan kepada salah satu jemaat Kristen di Asia Kecil.

Tujuan: Menunjukkan bahwa anak allah sungguh-sungguh telah menjadi manusia.

25. 2 Yohanes, ditujukan kepada salah satu jemaat Kristen yang lain di Asia Kecil juga.

Tujuan: Mengajak jemaat untuk tetap saling mengasihi.

26. 3 Yohanes, ditujukan kepada seorang Kristen yang bernama Gayus.

Tujuan: Menyatakan tentang perbuatan orang Kristen yang mengasihi saudara seiman.

27. Yudas, ditujukan kepada sejumlah orang Krsten.

Tujuan: Menguatkan jemaat dari pengaruh ajaran sesat.

25. Wahyu, ditujukan kepada tujuh jemaat Kristen pertama di Asia Kecil.

Tujuan: Menyatakan masa depan yang berakhir dengan pemerintahan Kristus.

Semua nama orang, jemaat atau umat yang disebutkan di atas sebagai alamat ke-66 kitab adalah umat Tuhan tanpa terkecuali. Jadi boleh disimpulkan bahwa Alkitab diberikan oleh Allah untuk diterima, dibaca, direnungkan dan dilakukan oleh umat-Nya. Bukan untuk dimiliki oleh segelintir orang seperti yang pernah terjadi.

IV. ALKITAB FIRMAN ALLAH

Dewasa ini ada satu fenomena yang sedang berkembang, yaitu semakin banyak saja orang yang menerima dan mengagumi Alkitab sebagai buku yang berpengaruh baik dari kalangan Kristen maupun yang bukan Kristen. Namun sangat disayangkan karena buku tersebut diterima baru sebatas buku kuno. Ada pula yang melihatnya hanya sebagai buku sastra, buku sejarah dan yang lebih menyedihkan lagi, yaitu Alkitab dianggap sebagai buku yang berisi mitos-mitos agamawi. Benarkah demikian?

Dalam Alkitab memang terdapat catatan tentang sastra, sejarah dan lain sebagainya tetapi Alkitab tidak dapat disebut sebagai buku sastra atau buku sejarah. Lebih daripada itu, Alkitab adalah Firman Allah yang tertulis yang diberikan kepada manusia sebagai penuntun hidup supaya manusia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 20:31).

Adapun beberapa bukti nyata yang menegaskan Alkitab adalah Firman Allah, yaitu sebagai berikut:

1. Alkitab sendiri menegaskan dirinya sebagai Firman Allah. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16). Lalu penegasan yang lain, yaitu “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:20-21).

2. Yesus dan para rasul mengakui keaslian Alkitab, dengan berulang kali mengutipnya dalam tulisan-tulisan dan pelayanan-pelayanan mereka. Misalnya, penegasan Yesus berikut: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18). Juga Petrus mengutip ucapan Daud untuk menyokong kebenaran kebangkitan Yesus Kristus (KPR 2:29-36).

3. Gereja segala zaman telah mengakui dan menggunakan Alkitab sebagai tulisan yang diilhami Allah yang menyatakan tentang Diri dan kehendak-Nya kepada kita. Bapa-bapa gereja mulai dari abad pertama, seringkali memuat kutipan-kutipan Alkitab dalam tulisan-tulisan mereka. Alkitab selalu menjadi ukuran utama dari iman dan tindakan gereja yang sejati.

4. Sejarah dan arkeologi turut mengokohkan ketepatan Alkitab. Laporan sejarahnya jelas dan tak tersangkal. Banyak tempat yang disebut dalam Alkitab, sampai hari ini masih dapat dikenali. Ratusan penemuan arkeologis telah menyingkapkan banyak bukti kuat yang menyongkong tuntutan Alkitab bahwa Alkitab dapat dipercaya sebagai Firman Allah. Naskah-naskah Alkitab kuno sampai hari ini masih disimpan, diantaranya:

a. Naskah Laut Mati yang berisikan baik bagian atau pun naskah lengkap Kitab-kitab PL, kecuali Kitab Ester. Sebagian dari naskah-naskah ini berasal dari abad kedua dan ketiga sebelum Masehi.

b. Naskah Septuaginta dari 250 tahun sebelum Kristus.

c. Codex Sinaiticus ditemukan dalam sebuah biara tua di kaki Gunung Sinai, berasal dari abad-abad permulaan kekristenan.

5. Nubuat-nubuat yang digenapi menyaksikan ketepatan Alkitab, contohnya dari hidup Yesus melukiskan kebenaran ini:

a. Dilahirkan dari seorang perawan (Yesaya 7:14 dan Lukas 2:26-35).

b. Dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:2 dan Lukas 2:4-7).

c. Tidak berdosa (Yesaya 53:9 dan 2 Korintus. 5:21).

d. Mati disalibkan (Yesaya 53:5, 7 dan Matius 27:35).

6. Kesatuan dan kepaduan Alkitab menyatakan kebenarannya. Ini menunjukkan pada satu pengarang, yaitu Roh Kudus, di balik sedemikan banyak penulis yang berbeda-beda. Alkitab bukan sekedar kumpulan kacau dari banyak tokoh, tempat, kejadian. Ia memiliki kesinambungan yang mengherankan, sebagaimana sekian banyak fakta dan berita Alkitab terjalin erat yang menyatakan Putera Allah, Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus dan keterlibatan-Nya dalam penebusan dan pemulihan manusia. Satu Buku, satu pokok pikiran – Yesus Kristus.

7. Alkitab diteguhkan oleh kuasanya merubah hidup. Beritanya yang meledak dalam sejarah manusia zaman PB telah menjungkirbalikkan dunia (KPR 17:6). Ada kuasa dalam pesan Firman Allah. Dari zaman Rasul Paulus sampai kini, kuasa Injil telah merubah banyak kehidupan. Bangsa dan kebudayaan yang dimasuki Injil selalu mengalami akibat positif, meningkatnya: hak azasi manusia, perlakuan baik terhadap anak dan wanita, kemajuan pelayanan medis, kebebasan dari perbudakan dan lain sebagainya. Alkitab adalah satu-satunya buku yang memberi jawab bagi pertanyaan hakiki hidup manusia: Siapakah aku? Dari mana aku berasl? Mengapa aku di sini? Kemana aku menuju? Apa maksud keberadaanku.

V. PROSES TERJADINYA ALKITAB

Alkitab yang kita pegang saat ini tidaklah turun dari surga dalam bentuk yang sudah lengkap. Alkitab tidak diberikan dengan cara demikian. Alkitab membutuhkan proses yang sangat panjang untuk menjadi sebuah buku yang berisi 66 buah kitab.

Ke-66 kitab dalam Alkitab ini ditulis oleh kurang lebih 40 orang yang mempunyai latar belakang berbeda. Diantara mereka ada yang berprofesi sebagai raja, gembala, nabi, seniman, nelayan, rasul, rabi (guru) dan lain-lain. Kebanyakan juga mereka tidak saling mengenal. Mereka hidup pada waktu dan tempat yang jauh berbeda. Singkatnya keseluruhan isi Alkitab ditulis kurang lebih 4000 tahun.

Tentu bagi kita ini mengherankan karena bagaimana mungkin 66 buku yang ditulis selama 4000 tahun oleh 40 orang berbeda yang kebanyakan tidak saling kenal bisa menjadi sebuah buku yang memiliki satu kesatuan. Rahasianya adalah karena Alkitab terbentuk melalui dua tahapan yang dikontrol oleh Allah sendiri, yaitu:

1. Tahap Penginspirasian

Dalam tahap ini seluruh isi Alkitab ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Allah saja (2 Timotius 3:16). Maksudnya, ialah Roh Kuduslah yang menggerakkan para penulis Alkitab untuk menuliskan Firman-Nya. Ketika para penulis menuliskan Alkitab mereka tidaklah seperti seorang ‘sekretaris’ yang menuliskan kata demi kata dari surga. Tetapi mereka menulis menurut kemampuan, kepribadian, karakter, karunia dan talenta mereka masing-masing, hanya di balik semua latar belakang mereka itu Roh Kudus tetap mengontrol mereka secara terus menerus sehingga mereka menuliskan kebenaran secara sempurna. (2 Petrus 1:10-20). Jadi bisa dikatakan bahwa sebenarnya penulis utama Alkitab adalah Roh Kudus sedangkan ke-40 orang yang dipakai-Nya dalam penulisan Alkitab hanyalah alat di tangan-Nya.

2. Tahap Kanonisasi

Setelah seluruh isi Alkitab dituliskan bukan berarti Alkitab sudah terkumpul menjadi sebuah buku seperti sekarang ini. Tetapi itu melewati lagi proses pengumpulan sekian lama. Proses pengumpulan tersebut disebut dengan istilah kanonisasi. Adapun sejarah singkat pengumpulan kanon Alkitab sebagai berikut; 39 kitab PL telah lengkap sekitar 400 tahun sebelum Masehi dan itu disahkan kembali dalam Sinode yang diadakan orang Yahudi di Jamnia pada tahun 90 M. Sedangkan ke-27 kitab PB disahkan di Sinode Karthago pada tahun 397 M.

Pengumpulan ke-66 kitab dalam Alkitab ini memang dilakukan oleh manusia (gereja) tetapi itu tidak berarti bahwa gerejalah yang berkuasa untuk menentukan Firman Allah. Gereja tidak menciptakan kanon, tetapi yang dilakukan gereja hanya

mengesahkan dan mengakui apa yang merupakan Firman Allah. Sesungguhnya tangan Allah turut bekerja dalam pengumpulan Alkitab hingga lengkap seperti sekarang ini.

Adapun penjabaran ke-66 kitab tersebut, yaitu:

1. Perjanjian Lama:

a. Lima Kitab Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.

b. Dua belas Kitab Sejarah: Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, 1&2 Raja-raja, 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia dan Ester.

c. Lima Kitab Puisi/Syair: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung.

d. Lima Kitab Nabi-nabi Besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel.

e. Dua Belas Kitab Nab-nabi Kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zafanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.

2. Perjanjian Baru:

a. Empat Kitab Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

b. Satu Kitab Sejarah: Kisah Para Rasul.

c. Dua puluh satu Surat-surat: Roma, 1&2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika, 1&2 Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus, 1,2&3 Yohanes dan Yudas.

d. Satu Kitab Nubuat: Wahyu.

Disamping ke-66 kitab ini ada juga sejumlah tulisan yang beredar di kalangan orang Kristen, yaitu:

1. Deuterokanonika (Kanonika Kedua) atau Apokripha (Tersembunyi) yang terdiri dari Kitab 1&2 Esdras, Kitab Tobit, Kitab Yudit, Tambahan dalam Kitab Daniel, Tambahan

pada Kitab Ester, Kitab Doa Manasye, Surat Yeremia, Kitab Barukh, Kebijaksanaan Yosua bin Sira, Kebijaksanaan Salomo, Kitab 1,2,3&4 Makabe. Kitab-kitab ini ditulis pada masa sebelum masehi dan tercantum dalam Alkitab Gereja Katoloik Roma.

2. Pseudopigrapha (Tulisan Palsu) yang terdiri dari Injil Thomas, Injil Petrus, Injil Filipus (semuanya ditulis pada abad ke-2) dan Injil Barnabas (ditulis pada abad ke-7). Kitab-

kitab ini ditulis oleh orang-orang yang memakai nama para rasul dengan tujuan supaya tulisan mereka diterima kalangan umum.

Bagi sebagian orang baik Deuterokanonika maupun Pseudopigrapha merupakan bagian dari Firman Allah (Alkitab). Namun bagi kita kitab-kitab ini bukanlah Firman Allah dan bukan pula bagian dari Alkitab karena sejak awal itu tidak diakui oleh orang Yahudi sebgai Firman Allah, Yesus dan para rasul tidak mengakuinya juga sebagai Firman Allah, di dalammnya terdapat banyak kesalahan sejarah dan ajarannya bertentangan dengan isi Alkitab.

VI. BERBAGAI UPAYA MENGEMBALIKAN ALKITAB KEPADA PEMILIKNYA

Sekalipun Alkitab yang adalah Firman Allah itu berkali-kali diselewengkan namun ada saja orang-orang yang setia pada Alkitab dan berupaya keras untuk mengembalikan Firman Allah itu kepada pemilik aslinya. Tuhan Yesus boleh disebut sebagai salah satu orang yang berperan dalam mengembalikan Alkitab kepada umat Allah. Khotbah-khotbah Tuhan Yesus yang sederhana dan yang memberkati pendengar (Mat. 7:28-29) merupakan bukti nyata bahwa Yesus mengajar dengan tujuan supaya pendengar-Nya mengerti Firman Allah. Ajaran-Nya tidak disibukkan dengan tafsiran-tafsiran yang berbelat-belit dan ditambahkan dengan adat istiadat Yahudi yang begitu rumit sebagaimana yang dipraktekkan oleh para ahli Taurat dan yang justru semakin menjauhkan orang dari Firman Allah (Mat. 15:1-9).

Lalu di masa kemudian pernah muncul juga seorang yang bernama John Wicliffe ketika imam-imam Katolik sedang memonopoli (menguasai) Alkitab dalam bentuk Vulgata. Wicliffe mempunyai pendirian bahwa setiap orang harus diberi keleluasan membaca Kitab Suci dalam bahasanya sendiri. Karena itu pada tahun 1380 ia menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasanya, yaitu bahasa Inggris untuk bisa dimengerti orang-orang sebangsanya sekalipun Gereja Roma Katolik sangat menentang usaha itu.

Tidak lama kemudian, yaitu pada tahun 1456 seorang yang bernama Johann Gutenberg mengambil bagian dalam upaya mengembalikan Alkitab kepada pemiliknya. Yang dilakukan oleh Gutenberg cukup unik, yaitu ia membuat mesin cetak pertama di dunia. Dengan mesin cetaknya itu Gutenberg pertama sekali mencetak Alkitab, Firman Allah dalam jumlah besar dan menyebarkannya kepada orang banyak. Sejak itu setiap orang dimudahkan untuk memperoleh Alkitab dan mereka tidak lagi tergantung penuh kepada para imam.

Upaya lain yang boleh dikatakan sebagai upaya terbesar yang pernah dilakukan untuk mengembalikan Alkitab kepada pemiliknya adalah upaya yang dilakukan para Reformator Gereja, diantaranya Martin Luther, John Calvin dan Zwingli. Mulai tahun 1517 dengan lantang orang-orang ini memprotes para pimpinan Gereja Roma Katolik yang ‘merampas’ Alkitab dari jemaat dan menggantikannya dengan tradisi-tradisi gerejawi yang pada hakekatnya buatan manusia dan bukan Firman Allah. Dalam pelayanan mereka para Reformator memfokuskan perhatian mereka dalam penyebarluasan Firman Allah dan memperketat pengajaran Alkitab kepada jemaat.

Selain upaya-upaya di atas di masa-masa kemudian masih terus bermunculan orang-orang orang rindu membawa Alkitab kepada orang banyak. Mereka itu ada yang bernama William Carey, Lembaga-lembaga Alkitab dan para pendiri Gideon Ministry. Materi seminar ini juga boleh dikatakan sebagai bagian dari upaya mengembalikan Alkitab kepada jemaat. Dengan materi ini diharapkan setiap pembaca bisa mengerti bahwa Alkitab, Firman Allah pada awalnya memang diberikan kepada umat Tuhan dan bukan untuk dikuasai oleh orang-orang tertentu saja.

VII. PENUTUP

Akhirnya, mari kita umat Tuhan yang adalah pemilik sah dari Alkitab mulai ambil, buka, baca, renungkan, lakukan dan pelihara Firman Allah itu. Kita jangan lagi berlaku sebagai orang asing terhadap Alkitab yang hanya mendengarkannya setiap hari Minggu ketika khotbah disampaikan di mimbar. Secara hukum kita adalah pemilik Alkitab dan sudah sepantasnya jika kita mendapatkan makanan rohani dari sana bukan dari apa kata orang.

Hanya dalam membaca Alkitab khususnya dalam menafsirkannya kita masih perlu juga pengontrolan. Jangan lupa bahwa Alkitab ditulis dalam kerangka bahasa dan budaya orang yang hidup ribuan tahun lalu. Tentu itu berbeda dengan kita yang hidup saat ini. Karena itu dalam membaca dan menafsirkan Alkitab tidak bisa sesuka hati. Dalam hal ini perlu dibantu dengan ilmu theologia yang baik dan benar.

Oleh: Samuel Wau

Comments :

0 komentar to “MENGEMBALIKAN ALKITAB KEPADA PEMILIKNYA”


Posting Komentar