YESUS BER-IDENTITAS-KAN YUDAISME
1. Kekeliruaan Besar
Hari ini ada lebih dari 2 miliar jiwa orang Kristen, baik yang dari aliran Protestan maupun Katolik memuja nama Yesus. Pemujaan itu memberikan kesan kuat bahwa pastilah Yesus adalah tokoh penting yang mendirikan agama Kristen, sama seperti Muhammad yang dikenal baik sebagai pendiri agama Islam dan Sidharta Gautama sebagai pendiri agama Budha. Bahkan ada segelintir orang Kristen fanatik yang menjadikan Yesus sebagai miliknya agama Kristen saja. Singkatnya, Yesus adalah seorang Kristen.
Benarkah Yesus adalah Kristen?
Kalau kita mau jujur dan mau menelusuri jalan hidup Yesus yang sebenarnya setiap orang akan tercengan karena menemukan bahwa tokoh yang dipuja-puja selama ini oleh orang Kristen ternyata selama hidup-Nya tidak pernah menjadi bagian dari kekristenan. Jadi menganggap Yesus sebagai bagian dari agama Kristen adalah salah besar dan tidak mendasar. Nama Yesus tidak pernah terdaftar sebagai seorang Kristen atau pernah masuk ke dalam gereja, tempat ibadahnya orang Kristen. Seandainya saja hari ini Yesus masih hidup dan ada pendataan identitas keimanan pastilah dengan tegas Ia akan berkata kepada para petugas yang menanyai-Nya: ”Aku bukan Kristen, jangan cantumkan nama saya dalam daftar penganut agama Kristen!”
Jelas Yesus bukanlah Kristen. Bahkan ketika Ia masih ada di dunia ini kekristenan belum ada. Jadi sekali lagi mengatakan Yesus adalah Kristen adalah salah besar.
2. Agama Yesus
Di daerah dimana Yesus pernah hidup ada banyak agama yang berkembang di sana. Perluasan budaya Yunani ke seluruh dunia turut membawa agama kuno Yunani yang memuja dewa-dewi sampai ke tanah Israel tempat Yesus lahir dan dibesarkan. Disamping itu agama Romawi yang memuja kaisar sebagai dewa/tuhan ikut menancapkan kukunya di Israel.
Selain kedua agama itu ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib. Dan belakangan muncul berbagai pengajaran atau filsafat yang bagi sebagian orang sudah sama seperti agama. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dan lain-lain.
Walaupun agama dan kepercayaan asing ini bertaburan di tanah Israel pada zaman Yesus tetapi tidak ada tanda-tanda yang memperlihatkan kalau Yesus pernah dipengaruhi atau masuk jadi anggota salah satu agama itu. Itu tidak mungkin. Sekalipun agama-agama asing ini memiliki sesuatu yang bisa menarik hati orang seperti Yesus, itu akan tetap sulit diterima karena bagi Yesus dan orang-orang sebangsa-Nya semuanya itu adalah agama penjajah. Jadi menerima agama penjajah sama saja membenarkan dan mendukung penjajahan terhadap Israel.
Sebaliknya, agama-agama itu dijauhi, dibenci dan dipandang sebagai sesuatu yang menjijikan.
Yesus bukan Kristen, bukan penganut agama Yunani atau Romawi, dan Ia bukan juga peminat pengajaran-pengajaran filsafat asing. Jadi agama apakah yang dianut oleh Yesus?
Identitas keagamaan Yesus hanya bisa diketahui dengan melihat asal usul-Nya. Di atas sudah dijelaskan bahwa Yesus lahir dari orang tua yang berdarah Yahudi. Dan sebagai anak Yahudi otomatis Yesus masuk dalam agama Yahudi atau yang disebut dengan nama Yudaisme. Itulah agamanya Yesus. Hubungan kelahiran Yesus dengan identitas keagaman-Nya bisa dibandingkan dengan seorang yang dilahirkan dalam keluarga muslim otomatis namanya akan terdaftar sebagai penganut Islam.
3. Seluk beluk agama Yudaisme
Agama Yudaisme berakar dari keimanan Abraham, leluhurnya orang Yahudi. Iman atau kepercayaan Abraham ini diturunkan kepada bangsa Israel dan dikukuhkan dalam sebuah kitab tua, yaitu kitab Taurat yang diperkenalkan oleh Musa. Lalu ketika bangsa Israel mengalami pembuangan di kerajaan Babel, sekarang negara Irak dan iman mereka terancam dengan pengaruh budaya dan agama asing di sana, bangsa Israel melakukan gebrakan besar dalam keimanan mereka. Mereka mempelajari kembali dengan sungguh-sungguh hukum Taurat dan kitab-kitab para nabi. Ibadah kepada Allah dihidupkan kembali dalam rumah-rumah ibadat atau yang disebut sinagoge. Dan mereka menjalankan kehidupan agama mereka secara ketat. Gerakan ini secara resmi menandai lahirnya agama Yudaisme.
Jadi boleh dikatakan bahwa usia Yudaisme sebagai sebuah lembaga agama sudah ada kira-kira 2.700 tahun. Tetapi kalau dihubungkan dengan Abraham yang menjadi akar iman Yudaisme berarti agama ini sudah berusia sekitar 4 milenium atau 4.000 tahun.
Agama Yudaisme secara resmi memiliki beberapa kumpulan Kitab Suci, yaitu kitab yang ditulis oleh Musa yang disebut Torah (Taurat), kemudian menyusul kitab-kitab para nabi yang disebut Nevi’im (Nabi-nabi) dan belakangan adalah Ketubim (Tulisan-tulisan lain). Ketiga bagian ini disebut dengan istilah Tanakh sedangkan orang Kristen yang mewarisi kitab-kitab itu menyebutnya Perjanjian Lama. Selain Tanakh ada juga kitab yang disebut Talmud, yaitu terjemahan serta komentar mengenai Torah dari para rabi. Di dalamnya ada Mishnah dan Halakah (kode undang-undang masyarakat utama penganut agama Yahudi), Gemara, Midrash dan Aggadah (legenda dan kisah-kisah lama). Dalam prakteknya ternyata orang-orang Yahudi lebih mengutamakan Talmud sebagai pedoman hidup keagamaan mereka.
Agama yang dianut oleh Yesus ini cukup unik, berbeda sekali dengan agama-agama lain yang ada pada zaman itu. Mereka menyembah hanya satu Allah yang tidak kelihatan, yaitu Yahweh, praktek hidup sehari-hari disesuaikan dengan aturan-aturan yang tertulis dalam Kitab Sucinya. Tempat ibadahnya adalah Bait Suci di Yerusalem dan juga di sinagoge-sinagoge yang tersebar di seluruh tanah Israel (bahkan ada juga yang di luar negeri).
Pelaksanaan ibadah di Bait Suci sedikit berbeda dengan pelaksanaan ibadah di sinagoge. Yang menjadi pusat ibadah di Bait Suci adalah mezbah, yang mewakili pemberian korban bakaran kepada Allah. Sedangkan pusat ibadah di sinagoge adalah mimbar, yang mewakili pengajaran hukum Taurat. Pengajaran inilah yang kemudiaan mempunyai andil besar dalam memelihara kelangsungan agama Yudaisme di tengah-tengah tantangan zaman yang siap menelannya.
Kalau dalam agama Kristen ada lambang Salib dan Islam ada lambang Bulan Bintang, agama Yahudi pun memliki sejumlah lambang keagamaan yang sarat dengan makna rohaninya.
a. Lambang menorah atau lampu adalah salah satu lambang tertua dalam Yudaisme yang dibuat berdasarkan petunjuk dalam Keluaran 25:31-40. Menorah melambangkan bangsa Israel sebagai terang dunia (Yesaya 42:6). Ini melambangkan juga kekuatan Roh Tuhan (Zakharia 4:1-6).
b. Lambang mezuzah adalah lambang yang biasa ditaruh di atas ambang pintu orang Yahudi sebagai tanda untuk senantiasa mengingat peritah-perintah Tuhan. Mezuzah ini berisikan Shema atau pengakuan iman Yahudi dari Ulangan 6:4.
c. Lambang tallit adalah selendang doa yang digunakan kaum pria Yahudi. Dipasangkan pada pundak atau terkadang di kepala untuk lebih konsentrasi saat berdoa.
d. Lambang tsit-tsit adalah jumbai-jumbai yang disematkan pada ujung pakaian untuk mengingatkan setiap penganut Yudaisme pada perintah-perintah Tuhan.
e. Lambang Tefilin adalah adalah dua buah kotak kecil yang berisi Shema dan diletakan dia atas dahi dan lengan kanan atas untuk mengingatkan orang Yahudi pada perintah Tuhan. Fungsinya hampir sama dengan mezuzah.
Bisa dipastikan Yesus akrab dengan lambang-lambang agama-Nya ini dan tahu betul apa arti semuanya itu. Besar kemungkinan menorah ada dalam rumah Yesus di Nazaret, mezuzah dipasang di atas ambang pintu masuk rumah-Nya dan tallit, tsit-tsit serta tefilin selalu dikenakan-Nya pada saat berdoa atau membaca Kitab Suci.
Dan sebagaimana agama Islam memiliki aliran Suni dan Syiah, agama Kristen memiliki aliran Protestan dan Katolik, demikian juga dengan agama Yudaisme memiliki beberapa aliran. Aliran-aliran agama itu adalah:
a. Kaum Farisi: Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir Perjanjian Lama, yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
b. Kaum Saduki: Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran Perjanjian Lama yang mereka terima hanyalah kitab Taurat tanpa kitab-kitab lain, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau kehidupan sesudah kematian.
c. Kaum Zelot: Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pemberontakkan melawan pemerintah Romawi.
d. Kaum Eseni: Mereka diakui sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.
e. Kaum Helenis: Mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.
Aliran-aliran dalam agama Yudaisme itu muncul karena penafsiran yang berbeda-beda terhadap isi hukum Taurat. Walaupun demikian tetapi yang menarik ialah mereka yang berbeda-beda itu disatukan dalam hal; ritual sunat, ketaatan pada hari Sabat, penghormatan pada Torah, kewajiban terhadap Bait Allah, penyembahan kepada Allah yang esa dan penolakan terhadap semua berhala. Semuanya ini juga menjadi ciri khas Yudaisme yang membedakan mereka secara jelas dari kepercayaan-kepercayaan manapun.
Pada masa Yesus aliran-aliran ini sangat berpengaruh dalam kehidupan rohani dan sosial orang Yahudi. Tetapi setelah penghancuran kota Yerusalem oleh tentara Romawi di bawah komando Jenderal Titus aliran-aliran ini mulai kehilangan pamornya sampai akhirnya nama mereka tidak lagi disebut-sebut dalam Yudaisme modern. Mereka semua telah berlalu dan peranan mereka dulu, sekarang digantikan oleh para rabi (guru agama Yudaisme).
4. Kenapa Yesus bukan Kristen?
Kenapa Yesus beragama Yudaisme dan bukan Kristen? Bukankah orang-orang Yahudi yang seagama dengan-Nya itu sangat membenci-Nya sementara orang-orang Kristen memuja-Nya? Bukankah jauh lebih baik kalau Ia seagama dengan orang-orang Kristen? Atau kalau memang Dia sudah ’terlanjur’ dilahirkan sebagai bagian dari Yudaisme, bukankah Ia bebas untuk pindah agama? Kebencian orang-orang Yahudi kepada-Nya bisa saja menjadi alasan untuk meninggalkan Yudaisme-Nya dan mendirikan agama baru, yaitu Kristen? Kenapa?
Pertanyaan-pertanyaan di atas yang terkesan memprotes keyahudian Yesus dan menganjurkan-Nya masuk ke dalam agama Kristen bisa saja kita utarakan. Bahkan seandainya saja Yesus masih ada di dunia ini kita bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu kepada-Nya. Hanya, kalau kita mengajukan pertanyaan itu kita harus siap menerima jawaban yang tidak memuaskan dari-Nya. Besar kemungkinan jawaban-Nya seperti ini: ”Maaf, Aku tetap dalam agama Yudaisme saja dan sedikitpun Aku tidak berminat masuk ke dalam agama Kristen.” Sungguh jawaban yang tidak menyenangkan pendengarnya.
Yesus lebih memilih setia dalam Yudaisme-Nya dan tidak tertarik menjadi anggota agama Kristen karena Ia mempunyai beberapa alasan untuk itu. Adapun alasan-Nya itu adalah:
a. Yesus tidak membutuhkan agama
Sejak kejatuhannya dalam dosa, manusia sudah memikirkan untuk mendirikan agama. Manusia menggunakan agama sebagai alat untuk mencari Tuhan. Manusia mengira bahwa melalui agama ia bisa menemukan Tuhan dan dengan menjalankan ritual-ritual agama dosa-dosanya bisa diampuni. Terlepas dari benar atu tidaknya pemikiran manusia ini tentang agama, tetapi yang perlu digaris bawahi di sini adalah ternyata manusia membutuhkan agama.
Betul, semua manusia, siapapun dia pada dasarnya membutuhkan agama. Tetapi Yesus tidak demikian. Yesus tidak membutuhkan agama karena Ia tidak perlu mencari Tuhan. Yesus tidak perlu mencari Tuhan karena Ia adalah Tuhan itu sendiri. Lagi pula Yesus tidak membutuhkan ritual-ritual agama yang sangat rumit untuk penghapusan dosa karena Ia memang tidak berdosa. Ia pribadi Allah yang Mahakudus dan sempurna.
Kalaupun nama Yesus pernah terdaftar dalam salah satu agama, yaitu agama Yudaisme dan Ia pernah juga melakukan ritual-ritual agama, itu bukan untuk kebutuhan rohani-Nya. Tetapi itu semata-semata karena dalam inkarnasi-Nya (penjelmaan-Nya) menjadi manusia, Ia lahir sebagai orang Yahudi. Dan sebagai orang Yahudi Ia konsisten mengenakan dalam diri-Nya secara penuh semua hal yang berkaitan dengan keyahudian termasuk agamanya Yahudi. Hal ini bisa kita bandingkan dengan peristiwa pembaptisan-Nya. Pada saat Yesus datang untuk dibaptis, Yohanes Pembaptis mencegah-Nya. Tetapi Yesus mengatakan: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Di sini terlihat bahwa Yesus dibaptis bukan karena Ia butuh tetapi sebagai wujud ketaatan-Nya. Demikian juga, Ia menganut agama Yudaisme bukan karena Ia butuh tetapi karena ketaatan-Nya saja.
Jadi kalau ada pertanyaan, kenapa Yesus bukan Kristen? Jawabannya sederhana saja, yaitu Yesus yang adalah Tuhan tidak butuh agama manapun termasuk agama Kristen. Ia tidak perlu masuk agama Kristen untuk menemukan Tuhan karena Tuhan itu ada dalam diri-Nya dan Ia tidak perlu melakukan ritual agama Kristen untuk penghapusan dosa karena Ia kudus adanya. Karena itu, Yesus tetap bertahan dalam Yudaisme-Nya. Untuk apa Ia menjadi bagian dari agama Kristen kalau ternyata agama Kristen pun tidak dibutuhkan-Nya.
b. Yesus datang tidak untuk kepentingan agama.
Sudah banyak tokoh yang muncul di atas panggung sejarah dan mereka memerankan peran sebagai pendiri atau tokoh penting agama. Yesus pun pernah muncul dalam sejarah tetapi kehadiran-Nya tidak untuk mendirikan agama atau mengurus agama. Walaupun Ia punya peluang besar untuk mendirikan dan membesarkan agama tertentu tetapi Ia sadar bahwa tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia bukan untuk itu. Bagi Yesus agama bukanlah yang utama, itu hanya pelengkap saja atau sarana ibadahnya manusia.
Yesus datang ke dunia untuk melakukan misi yang jauh lebih besar dari pada sekedar mengurus agama. Misi utama Yesus adalah mencari dan menyelamatkan manusia berdosa. Hal itu terlihat dari ucapan-Nya: ”Sebab Anak Manusia (maksudnya Yesus sendiri) datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10). Ia juga pernah mengucapkan kalimat yang menggambarkan tujuan-Nya ke dunia ini: ”Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau” (Lukas 13:34). Yesus yang adalah Allah rela mengosongkan diri-Nya, menanggalkan semua atribut keallahan-Nya dan menjadi sama seperti manusia hanya demi misi itu – bukan mengurus agama.
Kenapa Yesus tidak menjadi bagian dari kekristenan? Jawabannya adalah, itu tidak penting. Bagi-Nya yang jauh lebih penting adalah bagaimana caranya menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa, bukan bagaimana caranya menjadi bagian dari agama Kristen.
c. Agama tidak bisa membawa orang ke sorga
Sekalipun orang-orang Kristen menyembah Yesus sebagai Tuhan tetapi Yesus sendiri ketika Ia menjadi manusia ’sengaja’ menghindari menjadi bagian dari kekristenan itu karena Ia tahu betul bahwa semua agama termasuk agama Kristen tidak bisa menjadi jaminan untuk membawa orang masuk ke dalam sorga, tempat yang dimimpi-mimpikan oleh semua orang itu.
Yang bisa membawa orang bisa masuk ke dalam kerajaan sorga hanyalah Yesus yang disembah oleh orang-orang Kristen itu. Yesus pernah berkata: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yohanes 14:6).
5. Hikmat
Setiap orang seharusnya bisa mengambil hikmat/pelajaran dari ketiga alasan Yesus yang membuat-Nya sungkan menjadi bagian dari kekristenan. Hikmatnya adalah agama, apapun namanya itu ternyata hanya bagian dari usaha manusia berdosa untuk kembali kepada Penciptanya. Jadi tidaklah wajar kalau manusia saling membenci dan saling membunuh demi agama. Agama bukanlah segalanya dan agama tidak bisa membawa orang sampai ke sorga.
Karena agama tidak bisa membawa seorang pun bisa masuk ke dalam sorga jadi setiap orang perlu memastikan jalan apa yang harus Ia tempuh untuk bisa sampai ke tempat yang diimpi-impikan itu. Alkitab mengatakan bahwa jalan itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Jadi setiap orang yang beragama harus memastikan apakah ia sudah memiliki Yesus. Tanpa Yesus sia-sialah manusia mencari Tuhan dalam agamanya masing-masing karena sesungguhnya Tuhan yang dicari itu adalah pribadi Yesus sendiri. Itulah fakta yang belum diketahui oleh banyak orang beragama selama ini.
Langganan:
Postingan (Atom)