I. Kemungkinan Meragukan Keselamatan
Perjalanan rohani kita di dunia ini ternyata tidak selalu mulus. Akan ada banyak ’kerikil-kerikil’ kehidupan yang harus kita lalui dan bisa membuat kita kesakitan, tersandung atau bahkan sempat berpikiran untuk berhenti saja – tidak mau melanjutkan perjalanan lagi. ’Kerikil-kerikil’ ini bisa berupa tekanan hidup, sakit penyakit, kejenuhan rohani, doa yang tidak terjawab, dan berbagai persoalan hidup lainnya.
Kalau semuanya ini sudah terjadi maka tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan goncangan iman pada orang yang mengalaminya dan bahkan bisa sampai pada tahap meragukan kebenaran iman Kristen yang ia pegang. Kebenaran iman Kristen yang bisa menjadi bahan keraguan ada banyak hal tentunya, salah satunya, yaitu, soal keselamatan: Pastikah keselamatan dalam Yesus itu? Bagaimana mungkin saya percaya bahwa kelak saya akan masuk surga kalau ternyata persoalan hidup (yang berat) ini saja tidak ada jawabannya?
Meragukan dan mempertanyakan soal keselamatan ini bukan hal yang mustahil terjadi dalam diri setiap orang yang sudah menerima Yesus dalam hidupnya baik yang masih ’bayi’ rohani maupun yang sudah dewasa kerohaniannya – tidak ada satu pun yang kebal. Jadi mari kita menyadari bahwa keselamatan yang sudah kita peroleh itu terbuka pada kemungkinan untuk dipertanyakan oleh siapa pun termasuk kita sendiri.
II. Keselamatan Merupakan Sesuatu yang Pasti
Meragukan dan mempertanyakan keselamatan dalam Yesus yang diajarkan oleh Alkitab sah-sah saja dan itu hak setiap orang. Hal itu sudah berulang kali terjadi sepanjang dua ribu tahun sejarah kekristenan. Walaupun demikian namun kita harus tetap pada keyakinan kita bahwa keselamatan dalam Yesus itu adalah sesuatu yang pasti. Apapun yang terjadi tidak akan ada yang menggoncangkan kepastian itu. Sama seperti kepastian matahari selalu terbit pada pagi hari demikianlah pastinya akan keselamatan kita.
Memiliki keyakinan teguh akan kepastian keselamatan adalah sesuatu yang baik dan dibutuhkan di tengah-tengah dunia yang sedang meragukan iman Kristen ini. Hanya perlu kita perhatikan bahwa keyakinan yang tanpa dasar akan menjadi keyakinan yang buta dan kosong. Karena itu keyakian kita akan kepastian keselamatan dalam Yesus mesti memiliki dasar yang jelas dan kuat. Dan dasar itu dapat ditemukan dalam sejumlah kesaksian lembaran Alkitab.
III. Alasan-alasan akan Kepastian Keselamatan
1. Alasan predestinasi (pemilihan) dalam kekekalan
Satu hal yang menjadi hikmat kekristenan yang tak terselami oleh pikiran manusia yang terbatas adalah ajarannya yang mengatakan bahwa dalam kekekalan, jauh sebelum dunia dijadikan Allah telah tahu dan memilih orang-orang pilihan-Nya. Hal itu ditegaskan dalam Efesus 1:4 yang berbunyi demikian: Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Ini sangat mengherankan. Bagaimana mungkin sejumlah orang sudah dipilih oleh Allah sementara orang-orang itu sendiri belum dilahirkan. Itulah ajaibnya Tuhan, Ia mampu menerawang memandang jauh ke depan menembus waktu dan memilih orang-orang pilihan-Nya.
Pemilihan yang dimaksud di sini istilah theologisnya, yaitu predestinasi yang bisa diartikan sebagai pemilihan atas sejumlah orang untuk diselamatkan. Dan itu sejalan juga dengan yang tertulis dalam Efesus 1:4 tadi. Kalau kita memperhatikan konteks ayat itu dan ditambah dengan penjelasan ayat-ayat berikutnya maka kita bisa tahu bahwa itu berbicara tentang pemilihan akan keselamatan – menjadi anak Allah.
Jadi kalau ternyata Allah sudah memilih kita jauh sebelum kita dilahirkan bahkan jauh sebelum dunia dijadikan maka logikanya adalah itu pasti sesuatu yang sangat penting dan berharga. Karena begitu penting dan berharganya keselamatan itu maka tentu Allah tidak akan membiarkannya menjadi sesuatu yang diragukan. Itu tidak mungkin. Kita harus yakin bahwa keselamatan dalam Yesus adalah pasti berdasarkan pemilihan Allah ini dalam kekekalan.
b. Alasan karya Kristus di atas salib
Sebagian besar orang Kristen tahu dan percaya bahwa Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi datang ke dunia ini sebagai Juruselamat manusia yang berdosa. Dalam karyaNya yang nanti mendatangkan keselamatan bagi manusia Kristus harus menanggung berbagai-bagai penderitaan. Dan salah satu penderitaan Kristus yang akan diingat sepanjang masa adalah penyalibanNya di atas bukit Golgota.
Menjelang ’naiknya’ Kristus ke atas salib Ia menghadapi pergumulan yang luar biasa antara mau mengambil jalan salib atau menolaknya. Pergumulan itu membuatnya amat tertekan, stres, depresi dan ketakutan hingga keringatNya pun menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Apa yang dialami Kristus ini bisa dimengerti karena salib adalah kematian seribu kali. Siapa yang tidak gentar naik ke sana?
Dan puncak penderitaan Kristus itu, yaitu ketika Ia meneriakkan kalimat yang menyayat hati: ’Eli, Eli lama sabakhtani’ (AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkanKu). Teriakkan itu keluar dari mulutNya karena kepedihan yang Ia rasakan dan lebih lagi dari itu, yaitu karena Allah berpaling, meningalkan Dia seorang Diri. Allah terpaksa meninggalkan Putra-Nya tergantung sendirian di atas salib karena tidak mungkin Allah bersekutu dengan-Nya yang penuh dengan dosa itu (dosa manusia ditanggung oleh Kristus).
Begitu besarnya pengorbanan Kristus dan begitu hebatnya penderitaan yang ditanggungNya semata-mata karena Ia mau menyelamatkan kita manusia yang berdosa ini. Dan karena itu mungkinkah Allah membiarkan keselamatan yang telah dibayar dengan kematian Kristus itu menjadi sesuatu yang tidak pasti. Jawabannya tentu saja tidak. Kristus tidak mungkin berkorban untuk sesuatu yang menjadi bahan keraguan. Jadi pengorbanan Kristus menjadi dasar akan kepastian keselamatan kita.
c. Alasan jaminan dari Allah Tritunggal
Dua alasan di atas sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk meyakinkan kita bahwa keselamatan itu adalah sesuatu yang pasti. Tapi ada baiknya juga kita melihat di sini satu alasan lain tentang jaminan keselamatan kita.
Allah Tritunggal – Bapa, Anak dan Roh Kudus selalu terlibat bersama dalam segala sesuatu di alam semesta ini. Salah satu keterlibatan bersama Allah Tritunggal adalah dalam menjamin keselamatan manusia. Alkitab mengatakan bahwa Allah Bapa berjanji bahwa tidak ada seorang pun diantara orang percaya yang akan binasa atau yang bisa merebutnya dari tangan Bapa. Begitu pula Yesus berjanji bahwa Ia tidak akan membuang kita yang percaya kepadaNya (Yohanes 6:37-40). Dan yang tak kalah penting adalah peranan Roh Kudus yang memeteraikan kita yang percaya sebagai jaminan keselamatan (Efesus 1:13-14).
Jadi boleh dikatakan bahwa ini adalah satu penghiburan yang besar bagi kita orang percaya di dunia ini – yang untuk sementara waktu kerap kali melewati ’kerikil-kerikil’ kehidupan, yaitu Allah Trtitunggal tidak hanya memikirkan dan mengerjakan keselamatan kita. Tetapi Ia juga tahu bagaimana menjamin keselamatan itu sehingga itu menjadi pasti. Ia bertanggungjawab penuh sampai akhirnya nanti keselamatan itu dinyatakan jelas di surga.
4. Bukti nyata akan kepastian keselamatan
Kita telah mengetahui bahwa keselamatan itu adalah sesuatu yang pasti setidaknya dengan ditopang oleh ketiga alasan tadi. Lebih jauh lagi dari itu kiranya kesaksian hidup orang-orang yang telah mengalami keselamatan dalam Yesus turut meneguhkan akan kepastian keselamatan kita. Kesaksian ini seputar perjalanan rohani mereka khususnya dalam hal menghadapi penganiayaan.
Seandainya sejarah kekristenan seumpama lembaran buku maka sudah pasti kita akan menemukan di setiap lembarannya kisah-kisah penganiayaan yang dialami oleh orang-orang percaya yang sebagin besar menyeret mereka dalam kematian (fisik). Ini menjadi pertanyaan besar yang tidak semua orang tahu jawabannya, yaitu kenapa orang-orang Krsiten ini rela menderita bahkan mau mati untuk imannya. Jawabannya ialah karena mereka tahu bahwa sekalipun penderitaan dan kematian menimpa tubuh mereka tapi mereka masih memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu keselamatan. Justru penderitaan dan kematiaan itu mempercepat orang Kristen menggapai keselamatannya secara sempurna. Orang Kristen sejati yang sudah mengalami keselamatan tidak akan takut pada penganiayaan atau kematian.
Keteguhan orang-orang Krsiten ini menghadapi penderitaan menjadi bukti nyata bahwa keselamatan itu pasti adanya. Tidak ada orang yang mau menderita dan mati untuk sesuatu yang tidak jelas. Tetapi ada banyak orang yang rela mati untuk keselamatan dalam kekristenan yang pasti itu.
5. Pelajaran rohani
Sudah berapa lama Anda hidup di dunia ini dan sudah berapa banyak ’kerikil’ kehidupan yang Anda lewati? Itu belum belum berakhir. Sepanjang kita masih berjalan di atas bumi ini kita masih akan menemukan ’kerikil-kerikil’ yang lain yang harus kita lalui – tidak ada pilihan lain. Tapi jangan takut dan gentar karena masih ada sesuatu yang menghiburkan kita, yaitu keselamatan, tepatnya kepastian keselamatan kita.
Dengan kepastian keselamatan ini maka suatu saat nanti ketika kita meninggalkan dunia ini beserta dengan segala kepahitan yang ada di dalamnya kita akan memasuki surga tempat Allah bersemayam. Di sana kita akan diberikan kelegaan, air mata kita akan dihapuskan dan penghiburan abadi akan menjadi bagian kita. Karena itu janganlah persoalan-persoalan duniawi ini membuat kita mundur dari iman. Tetapi mari kita berkata seperti Paulus demikian: Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?(Roma 8:35). Jawabannya: Tidak ada.
MAHALNYA KESELAMATAN KITA
MAHALNYA KESELAMATAN KITA
I. Kejatuhan dan Akibatnya
Satu fakta dari Alkitab yang tak terbantahkan dan setiap orang dapat merasakan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kejatuhan manusia dalam dosa. Pada mulanya manusia memang diciptakan baik adanya – tanpa cacat cela sedikit pun. Namun hanya karena keingingan daging leluhur kita (diawali oleh Hawa dan disempurnakan oleh Adam) maka dosa masuk ke dalam dunia dan merusak yang baik yang ada dalam diri kita manusia. Dosa dan buahnya tidak hanya berdampak bagi Adam dan Hawa pada saat itu tetapi lebih jauh lagi buah dosa ini merajalela diantara anak cucunya dari generasi ke generasi tanpa mau berhenti sedetik pun.
Dosa dan buahnya terasa betul menekan hidup manusia. Manusia tidak dapat hidup dalam kebenaran. Sekalipun keinginganya adalah mau berbuat baik tetapi yang timbul selalu yang jahat (Roma 7:19). Itulah akibat dari dosa. Tidak hanya itu, Alkitab mengatakan bahwa upah dosa adalah maut, yang berarti kematian. Kematian di sini menyangkut dua sisi, yaitu kematian jasmani dan kematian rohani (kekal).
II. Usaha Manusia Menyelamatkan Diri dan Kegagalannya
Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa dan hidupnya begitu dirasuk oleh kuasa dosa namun ternyata benih teisme (kepercayaan kepada Allah) masih ada saja dalam dirinya karena manusia memang diciptakan begitu adanya – percaya kepada Allah. Dengan itulah maka dalam kesesatannya manusia masih berusaha untuk kembali kepada Allah. Ditambah lagi ancaman penghukuman yang akan diterimanya kelak mendorong manusia untuk berdamai dengan Penciptanya.
Usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk kembali kepada Allah ada berbagai macam, diantaranya dengan mendirikan agama, berbuat baik, hidup dalam kesalehan, askese (bertapa) dan lain sebagainya. Namun semua usaha tersebut menemui kebuntuan. Manusia frustasi karena pada akhirnya usahanya itu tidak membuatnya menemukan Allah. Dan ancaman kematian kekal dalam neraka masih saja menghantuinya.
III. Bayangan Keselamatan di Israel
Frustasi dan dihantui oleh kematian akan terus menjadi bagian hidup manusia selama Allah belum ditemukan (siapakah yang bisa menemukan Allah?). Apakah Allah pernah hilang sehingga Ia harus dicari sampai ketemu? Jawabannya tentu saja tidak. Allah tidak kemana-mana, dosalah yang membutakan manusia sehingga ia tidak dapat menemukan Allah-nya dan tidak akan pernah bisa menemukan-Nya.
Walaupun demikian namun karena begitu besar kasih Allah akan manusia berdosa ini maka Ia berinisiatif untuk memanggil manusia kembali kepada-Nya. Panggilan itu pertama sekali dikumandangkan di Taman Eden (Kej.3:9). Selanjutnya panggilan yang bernada keselamatan itu diteruskan di tengah-tengah bangsa Israel. Singkatnya di Israellah muncul bayangan keselamatan yang akan datang.
Adapun bayangan keselamatan itu dapat disaksikan dalam upacara-upacara keagamaan Yahudi khususnya dalam hal memberikan korban persembahan. Israel diharuskan memberikan korban persembahan berupa binatang kepada Allah sebagai sarana pengahapusan dosa. Korban ini dimaksudkan sebagai pengganti orang berdosa yang semestinya menerima murka Allah. Di atas binatang persembahan itu setiap orang meletakkan tangannya sebagai pengakuan iman bahwa ia merupakan orang berdosa dan memerlukan pengampunan Allah supaya ia tetap hidup.
IV. Penggenapan Keselamatan Dalam Yesus
a. Mahalnya keselamatan itu
Apa yang dilakukan di Israel itu berlangsung selama berabad-abad. Namun sekali lagi itu hanyalah bayangan keselamatan yang akan datang. Barulah dua ribu tahun yang lalu keselamatan itu digenapi dalam karya penebusan yang dikerjakan oleh Yesus. Sebelum lebih jauh membahas ini, di sini mau ditegaskan terlebih dahulu bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus itu merupakan sesuatu yang sangat mahal.
Yesus, Anak Allah datang ke dunia menjadi seorang manusia demi satu misi penting, yaitu menyelamatkan manusia. Kurang lebih tiga puluh tahun Yesus menjalani hidup sebagai manusia normal. Selanjutnya tiga setengah tahun berikutnya dalam kemanusian-Nya Ia melayani mulai dari Galilea (Israel Utara) dan berlanjut di Yudea (Israel Selatan). Puncak pelayanan Yesus, yaitu di atas kayu salib.
Alkitab mengatakan bahwa salib merupakan tempat orang terkutuk (Galatia 3:13) dan hukum Romawi menetapkan salib sebagai tempat penghukuman penjahat besar. Jadi tidaklah pada tempatnya kalau Anak Allah Yang Kudus tergantung di sana. Walaupun demikian namun faktanya, ialah Yesus pernah tergantung dan mati di atas kayu salib. Kenapa? Jawabannya: untuk menggenapi apa yang sudah berlangsung di Israel selama berabad-abad.
Jika di Israel korban persembahan digunakan sebagai sarana penghapusan dosa maka ketika Yesus disalibkan Ia menggenapi bayangan itu. Yesus menjadi korban persembahan yang sejati untuk penghapusan dosa manusia.
Apa yang dilakukan oleh Yesus ini merupakan sesuatu yang sangat mahal. Mahalnya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus ini terletak pada diri korban persembahan itu. Untuk penghapusan dosa bukan lagi dengan korban binatang yang dikerjakan berulang-ulang kali. Tetapi diri Yesus sendiri, Anak Allah, Yang Kudus menjadi korban. Dalam 1 Petrus 1:18-19 tertulis demikian: ”Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”
Logika manusiawi kita bisa saja berkata: Untuk menyelamatkan manusia, Allah bisa melakukan berbagai cara – bukankah Ia Allah yang Mahakuasa yang bisa melakukan apa yang Ia mau? Ia bisa menyuruh malaikat untuk melakukan misi penyelamatan, Ia bisa memilih salah seorang nabi untuk menjadi juruselamat atau kalau tidak, Ia bisa tetap menggunakan korban binatang yang dipraktekkan di Israel sebagai sarana penyelamatan. Itu sudah cukup. Atau kalau masih kurang juga Ia bisa menggunakan kekayaan duniawi ini sebagai tebusan manusia. Tapi kenyataannya tidaklah demikian. Allah bersikeras untuk mengutus Yesus melakukan misi penyelamatan dengan jalan mati di atas kayu salib.
Allah tetap tidak mau memakai sesuatu yang di luar jalan salib sekalipun itu penghulu malaikat, nabi terkudus, domba yang sempurna atau bahkan ditambah dengan seluruh kekayaan duniawi ini untuk mengerjakan keselamatan karena pasti ada alasannya. Alasannya, yaitu salah satu diantara yang ditawarkan itu atau gabungan semuanya tidak cukup harganya untuk tebusan bagi kejahatan manusia di hadapan Allah. Allah menghendaki sesuatu yang lebih – yang sangat mahal. Dan yang mahal itu adalah darah Yesus sendiri yang tak bernoda dan tak bercacat oleh dosa.
b. Yang mahal itu diberikan secara cuma-cuma
Sejarah dan pengalaman hidup kita telah membuktikan dengan sangat jelas bahwa keselamatan itu menjadi sesuatu yang langka dan mahal bagi kita manusia. Kita telah berusaha untuk mendapatkannya dengan berbagai cara tetapi hasilnya sama saja nihil. Itu menjadi sesuatu yang seperti di awan-awan – ada, tetapi mustahil dimiliki.
Karena keselamatan itu sangat mahal dan tidak mungkin diperoleh oleh manusia dengan usahanya sendiri maka itulah yang menjadi alasan kenapa Yesus tampil sebagai Juruselamatan – Ia mengerjakan keselamatan dengan sempurna dan ternyata Ia berhasil memperolehnya. Walaupun demikian namun itu tidak serta merta manusia bisa memilikinya. Manusia masih saja merana. Manusia tidak bisa menyuap atau membelinya dari Yesus.
Namun syukur kepada Allah karena begitu besar kasih-Nya akan kita yang berdosa ini maka yang sangat mahal itu, yang tidak mungkin terbeli oleh kita itu diberikan secara cuma-cuma alias gratis. Dan untuk memperoleh keselamatan kita tidak juga diminta melakukan sesuatu terlebih dahulu tetapi Allah sendiri dalam Yesus datang memberikan keselamatan itu. Kita hanya perlu membuka diri dan menerimanya dari Allah.
V. Pelajaran Rohani
Dari topik ini kita dapat menarik beberapa pelajaran rohani untuk diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang Krsiten. Yang pertama kita harus menyadari bahwa sama seperti semua keturunan Adam-Hawa kita adalah orang berdosa. Dan dengan keberdosaan itu hanya ada satu tempat yang pantas untuk kita kelak, yaitu neraka. Tidak ada usaha apapun yang bisa kita lakukan untuk melepaskan diri dari sana. Kita sedang terancam.
Namun syukur kepada Allah karena kasih-Nya saja maka Ia menyelamtakan kita melalui pengorbanan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal itu. Keselamatan itu tidak murahan sebaliknya itu sangat mahal. Karena terlalu mahal maka tak seorang pun yang bisa membelinya. Dan karena itu tak terbeli maka Allah dalam kemurahan-Nya memberikan kepada setiap orang percaya secara cuma-cuma. Jadi akhirnya mari kita menjaga dan menghargai keselamatan itu dengan menghasilkan buah-buah pertobatan sebagai bukti dari keselamatan kita. Amin
I. Kejatuhan dan Akibatnya
Satu fakta dari Alkitab yang tak terbantahkan dan setiap orang dapat merasakan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kejatuhan manusia dalam dosa. Pada mulanya manusia memang diciptakan baik adanya – tanpa cacat cela sedikit pun. Namun hanya karena keingingan daging leluhur kita (diawali oleh Hawa dan disempurnakan oleh Adam) maka dosa masuk ke dalam dunia dan merusak yang baik yang ada dalam diri kita manusia. Dosa dan buahnya tidak hanya berdampak bagi Adam dan Hawa pada saat itu tetapi lebih jauh lagi buah dosa ini merajalela diantara anak cucunya dari generasi ke generasi tanpa mau berhenti sedetik pun.
Dosa dan buahnya terasa betul menekan hidup manusia. Manusia tidak dapat hidup dalam kebenaran. Sekalipun keinginganya adalah mau berbuat baik tetapi yang timbul selalu yang jahat (Roma 7:19). Itulah akibat dari dosa. Tidak hanya itu, Alkitab mengatakan bahwa upah dosa adalah maut, yang berarti kematian. Kematian di sini menyangkut dua sisi, yaitu kematian jasmani dan kematian rohani (kekal).
II. Usaha Manusia Menyelamatkan Diri dan Kegagalannya
Sekalipun manusia telah jatuh dalam dosa dan hidupnya begitu dirasuk oleh kuasa dosa namun ternyata benih teisme (kepercayaan kepada Allah) masih ada saja dalam dirinya karena manusia memang diciptakan begitu adanya – percaya kepada Allah. Dengan itulah maka dalam kesesatannya manusia masih berusaha untuk kembali kepada Allah. Ditambah lagi ancaman penghukuman yang akan diterimanya kelak mendorong manusia untuk berdamai dengan Penciptanya.
Usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk kembali kepada Allah ada berbagai macam, diantaranya dengan mendirikan agama, berbuat baik, hidup dalam kesalehan, askese (bertapa) dan lain sebagainya. Namun semua usaha tersebut menemui kebuntuan. Manusia frustasi karena pada akhirnya usahanya itu tidak membuatnya menemukan Allah. Dan ancaman kematian kekal dalam neraka masih saja menghantuinya.
III. Bayangan Keselamatan di Israel
Frustasi dan dihantui oleh kematian akan terus menjadi bagian hidup manusia selama Allah belum ditemukan (siapakah yang bisa menemukan Allah?). Apakah Allah pernah hilang sehingga Ia harus dicari sampai ketemu? Jawabannya tentu saja tidak. Allah tidak kemana-mana, dosalah yang membutakan manusia sehingga ia tidak dapat menemukan Allah-nya dan tidak akan pernah bisa menemukan-Nya.
Walaupun demikian namun karena begitu besar kasih Allah akan manusia berdosa ini maka Ia berinisiatif untuk memanggil manusia kembali kepada-Nya. Panggilan itu pertama sekali dikumandangkan di Taman Eden (Kej.3:9). Selanjutnya panggilan yang bernada keselamatan itu diteruskan di tengah-tengah bangsa Israel. Singkatnya di Israellah muncul bayangan keselamatan yang akan datang.
Adapun bayangan keselamatan itu dapat disaksikan dalam upacara-upacara keagamaan Yahudi khususnya dalam hal memberikan korban persembahan. Israel diharuskan memberikan korban persembahan berupa binatang kepada Allah sebagai sarana pengahapusan dosa. Korban ini dimaksudkan sebagai pengganti orang berdosa yang semestinya menerima murka Allah. Di atas binatang persembahan itu setiap orang meletakkan tangannya sebagai pengakuan iman bahwa ia merupakan orang berdosa dan memerlukan pengampunan Allah supaya ia tetap hidup.
IV. Penggenapan Keselamatan Dalam Yesus
a. Mahalnya keselamatan itu
Apa yang dilakukan di Israel itu berlangsung selama berabad-abad. Namun sekali lagi itu hanyalah bayangan keselamatan yang akan datang. Barulah dua ribu tahun yang lalu keselamatan itu digenapi dalam karya penebusan yang dikerjakan oleh Yesus. Sebelum lebih jauh membahas ini, di sini mau ditegaskan terlebih dahulu bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus itu merupakan sesuatu yang sangat mahal.
Yesus, Anak Allah datang ke dunia menjadi seorang manusia demi satu misi penting, yaitu menyelamatkan manusia. Kurang lebih tiga puluh tahun Yesus menjalani hidup sebagai manusia normal. Selanjutnya tiga setengah tahun berikutnya dalam kemanusian-Nya Ia melayani mulai dari Galilea (Israel Utara) dan berlanjut di Yudea (Israel Selatan). Puncak pelayanan Yesus, yaitu di atas kayu salib.
Alkitab mengatakan bahwa salib merupakan tempat orang terkutuk (Galatia 3:13) dan hukum Romawi menetapkan salib sebagai tempat penghukuman penjahat besar. Jadi tidaklah pada tempatnya kalau Anak Allah Yang Kudus tergantung di sana. Walaupun demikian namun faktanya, ialah Yesus pernah tergantung dan mati di atas kayu salib. Kenapa? Jawabannya: untuk menggenapi apa yang sudah berlangsung di Israel selama berabad-abad.
Jika di Israel korban persembahan digunakan sebagai sarana penghapusan dosa maka ketika Yesus disalibkan Ia menggenapi bayangan itu. Yesus menjadi korban persembahan yang sejati untuk penghapusan dosa manusia.
Apa yang dilakukan oleh Yesus ini merupakan sesuatu yang sangat mahal. Mahalnya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus ini terletak pada diri korban persembahan itu. Untuk penghapusan dosa bukan lagi dengan korban binatang yang dikerjakan berulang-ulang kali. Tetapi diri Yesus sendiri, Anak Allah, Yang Kudus menjadi korban. Dalam 1 Petrus 1:18-19 tertulis demikian: ”Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”
Logika manusiawi kita bisa saja berkata: Untuk menyelamatkan manusia, Allah bisa melakukan berbagai cara – bukankah Ia Allah yang Mahakuasa yang bisa melakukan apa yang Ia mau? Ia bisa menyuruh malaikat untuk melakukan misi penyelamatan, Ia bisa memilih salah seorang nabi untuk menjadi juruselamat atau kalau tidak, Ia bisa tetap menggunakan korban binatang yang dipraktekkan di Israel sebagai sarana penyelamatan. Itu sudah cukup. Atau kalau masih kurang juga Ia bisa menggunakan kekayaan duniawi ini sebagai tebusan manusia. Tapi kenyataannya tidaklah demikian. Allah bersikeras untuk mengutus Yesus melakukan misi penyelamatan dengan jalan mati di atas kayu salib.
Allah tetap tidak mau memakai sesuatu yang di luar jalan salib sekalipun itu penghulu malaikat, nabi terkudus, domba yang sempurna atau bahkan ditambah dengan seluruh kekayaan duniawi ini untuk mengerjakan keselamatan karena pasti ada alasannya. Alasannya, yaitu salah satu diantara yang ditawarkan itu atau gabungan semuanya tidak cukup harganya untuk tebusan bagi kejahatan manusia di hadapan Allah. Allah menghendaki sesuatu yang lebih – yang sangat mahal. Dan yang mahal itu adalah darah Yesus sendiri yang tak bernoda dan tak bercacat oleh dosa.
b. Yang mahal itu diberikan secara cuma-cuma
Sejarah dan pengalaman hidup kita telah membuktikan dengan sangat jelas bahwa keselamatan itu menjadi sesuatu yang langka dan mahal bagi kita manusia. Kita telah berusaha untuk mendapatkannya dengan berbagai cara tetapi hasilnya sama saja nihil. Itu menjadi sesuatu yang seperti di awan-awan – ada, tetapi mustahil dimiliki.
Karena keselamatan itu sangat mahal dan tidak mungkin diperoleh oleh manusia dengan usahanya sendiri maka itulah yang menjadi alasan kenapa Yesus tampil sebagai Juruselamatan – Ia mengerjakan keselamatan dengan sempurna dan ternyata Ia berhasil memperolehnya. Walaupun demikian namun itu tidak serta merta manusia bisa memilikinya. Manusia masih saja merana. Manusia tidak bisa menyuap atau membelinya dari Yesus.
Namun syukur kepada Allah karena begitu besar kasih-Nya akan kita yang berdosa ini maka yang sangat mahal itu, yang tidak mungkin terbeli oleh kita itu diberikan secara cuma-cuma alias gratis. Dan untuk memperoleh keselamatan kita tidak juga diminta melakukan sesuatu terlebih dahulu tetapi Allah sendiri dalam Yesus datang memberikan keselamatan itu. Kita hanya perlu membuka diri dan menerimanya dari Allah.
V. Pelajaran Rohani
Dari topik ini kita dapat menarik beberapa pelajaran rohani untuk diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang Krsiten. Yang pertama kita harus menyadari bahwa sama seperti semua keturunan Adam-Hawa kita adalah orang berdosa. Dan dengan keberdosaan itu hanya ada satu tempat yang pantas untuk kita kelak, yaitu neraka. Tidak ada usaha apapun yang bisa kita lakukan untuk melepaskan diri dari sana. Kita sedang terancam.
Namun syukur kepada Allah karena kasih-Nya saja maka Ia menyelamtakan kita melalui pengorbanan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal itu. Keselamatan itu tidak murahan sebaliknya itu sangat mahal. Karena terlalu mahal maka tak seorang pun yang bisa membelinya. Dan karena itu tak terbeli maka Allah dalam kemurahan-Nya memberikan kepada setiap orang percaya secara cuma-cuma. Jadi akhirnya mari kita menjaga dan menghargai keselamatan itu dengan menghasilkan buah-buah pertobatan sebagai bukti dari keselamatan kita. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)