TAK PERLU MEMAKSAKAN

Pena Gembala Petra


TAK PERLU MEMAKSAKAN
Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Matius 27:39)

Memasuki awal Bulan September ini sebagian besar dari antara kita barangkali masih mengingat setidaknya ada dua peristiwa besar yang pernah terjadi dalam sejarah. Yang pertama, pada tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa berdarah yang dilakukan oleh organisasi PKI. Dan yang kedua, pada tanggal 11 September 2001 menara kembar WTC di New York, AS ditabrakan dengan pesawat yang mengakibatkan kematian ribuan orang.
Kedua peristiwa ini, kalau ditelusuri latar belakangnya, itu dikarenakan adanya kehendak yang mau dipaksakan. Orang-orang yang berada di balik kedua peristiwa ini mempunyai suatu keingingan. Namun karena apa yang mereka inginkan tidak tercapai maka diambillah jalan sendiri dengan memaksakannya dan akibatnya kita tahu semua, yaitu kerugian, air mata, kesakitan dan bahkan kematian.
Terlepas dari dua kisah di atas, ada satu bagian firman Allah yang menasehati kita bahwa tidak semua kehendak kita bisa dipaksakan untuk dipenuhi. Ketika Tuhan Yesus mau disalib Ia bergumul di taman Getsemani. Di sana Ia memohon kepada Bapa-Nya demikian: Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Matius 27:39).
Dalam doa-Nya itu Tuhan Yesus menghendaki supaya Ia tidak perlu mengalami cawan murka Allah (salib) untuk penebusan manusia berdosa. Namun yang menarik, ialah walaupun Ia mempunyai kehendak sendiri tetapi kehendak-Nya tidak Ia paksakan untuk dipenuhi. Sebaliknya Ia mengembalikan semuanya kepada Allah Bapa. Dan hasilnya sungguh indah, yaitu keselamatan manusia.
Jemaat Petra, mari kita belajar untuk tidak perlu memaksakan kehendak kita, terlebih kehendak kita terhadap Tuhan. Oleh karena itu ketika datang kepada Allah dan berdoa biarlah kita selalu menanamkan dalam hati kita bahwa apa yang kita sampaikan kepada Allah, semuanya itu bergantung pada kedaulatan Allah saja. Dan yakinilah kalau kita menyerahkan kehendak kita kepada Allah maka hasilnya pastilah indah. Amin.

SALIB: PENOLAKAN DAN PENERIMAAN

SALIB: PENOLAKAN DAN PENERIMAAN
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46)


Apabila kita melihat sebuah mata uang koin kita dapat menemukan di situ dua sisi yang tak terpisahkan, yaitu sisi gambar dan sisi angka. Hal yang sama terdapat juga dalam salib Kristus. Kedua sisi salib Kristus itu adalah sisi penolakan dan sisi penerimaan. Ini mustahil untuk dipisahkan – apabila salah satunya tidak ada maka itu tidak dapat lagi dinamakan sebagai salib.
Sisi pertama salib Kristus, yaitu penolakan terdengar jelas dari jeritan Yesus yang menyayat hati: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Jeritan Yesus ini terlontar dari mulut-Nya bukan saja karena Ia sedang mengalami kesakitan yang luarbiasa tetapi lebih dari itu karena Allah, Bapa-Nya yang ada di surga telah menolak-Nya. Allah sampai hati menolak Anak-Nya yang terkasih oleh karena di atas salib Yesus penuh dengan ‘tumpukan’ dosa manusia yang ditimpakan kepada-Nya. Tumpukan dosa itulah yang membuat Allah enggan lagi bersekutu dengan Anak-Nya sebagaimana yang dulu pernah terjadi sejak dalam kekekalan. Dengan berat hati tetapi harus, Allah menolak Yesus.
Apa yang barusan kita baca tentang sisi pertama salib Kristus adalah sesuatu yang negatif. Namun puji Tuhan karena ternyata salib tidak hanya berbicara tentang sisi negatif. Di sisi lain salib masih ada hal yang positif, yaitu dari salib keluar anugerah Allah yang menerima kembali manusia berdosa. Firman Tuhan dalam Galatia 4:5 mengatakan demikian: “Ia (Yesus) diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”
Jadi boleh dikatakan bahwa penolakan Allah terhadap Yesus berarti penerimaan kita kembali. Kita yang dulu bukan umat Allah sekarang disebut sebagai anak-anak Allah yang hidup.
Jemaat Tuhan, kita patut mensyukuri akan pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Karena salib-Nyalah maka kita boleh diterima kembali. Dan tidak hanya sebatas bersyukur, lebih dari itu kita juga harus memelihara anugerah Allah itu dengan bertumbuh di dalam Dia dan tidak lagi hidup dalam dosa sebagaimana dulu ketika kita masih dibelenggu oleh manusia lama kita. Amin.

MERDEKA ATAU MATI!!!

Pena Gembala Petra


MERDEKA ATAU MATI!!!
(Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka,
Yohanes 8:36)


Bulan ini bagi kita bangsa Indonesia merupakan bulan yang bersejarah dimana tepat pada tanggal 17 Agustus nanti kita akan merayakan kembali hari kemerdekaan kita. Kemerdekaan ini merupakan hasil perjuangan para pahlawan kita di masa lalu. Dan dalam merebut kemerdekaan ini para pejuang bangsa kita sering menyerukan ucapan-ucapan yang mengobarkan semangat kemerdekaan, salah satunya, yaitu Merdeka atau Mati!!! Makna kalimat ini terungkap pula di dalam Alkitab, hanya bedanya adalah kemerdekaan dan kematian yang dimaksud tidak secara fisik melainkan menyangkut kerohanian.
Dalam khotbah-Nya, Tuhan Yesus mengatakan kepada para pendengar-Nya demikian: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” Hal ini dikatakan-Nya karena memang kenyataannya seluruh umat manusia statusnya adalah hamba – hamba dosa (Yohanes 8:34 bdg dgn Roma 3:23). Dan dalam keadaan seperti itu, setiap orang tentu merindukan yang namanya kemerdekaan. Tapi itu sesuatu yang mustahil untuk diperoleh. Manusia sudah terjual dalam perhambaan dosa dan tidak dapat keluar dari sana.
Walaupun sebenarnya manusia tidak dapat keluar dari statusnya sebagai hamba dosa namun syukur kepada Allah oleh karena karya-Nya yang menyelamtkan manusia. Yesus datang kedua ini untuk menyerahkan hidup-Nya dan mati menjadi tebusan demi manusia berdosa. Dari sini kita tahu (dan sudah tahu) bahwa hanyalah Yesus yang berkuasa untuk memerdekakan kita dari dosa.
Kebalikan dari itu adalah, jika manusia tidak merdeka dari dosa maka hanya satu bagiannya, yaitu kematian kekal.
Pertanyaannya adalah: Saat ini apa yang menjadi bagian kita? Kemerdekaan atau kematian? Hanya ada dua pilihan, tidak ada jalan tengah diantara keduanya. Bersyukurlah kepada Allah kalau Saudara tahu dan yakin bahwa kemerdekaanlah yang menjadi bagianmu, tapi kalau Saudara masih meragukannya berdoalah kepada Allah supaya Ia mengaruniakan kemerdekaan itu kepadamu. Hanyalah Yesus yang dapat memerdekakan kita dari dosa. Amin, Merdeka.

MENGASIHI YANG TIDAK DIKASIHI

MENGASIHI YANG TIDAK DIKASIHI
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:36).


Minggu ini merupakan minggu yang terasa istimewa bagi banyak orang di seluruh dunia khususnya mereka yang tergolong masih muda karena konon setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang. Kasih sayang terhadap orang tua, anak, sahabat dan yang pasti terhadap pasangannya. Pada moment kasih sayang ini banyak orang yang mengungkapkan perasaan kasihnya dengan berbagai cara terhadap orang-orang yang mereka kasihi, ada yang dengan memberikan bunga, coklat, kado, mengajak makan malam dan ‘sejuta’ ungkapan lainnya.
Apa yang disebut dengan kasih sayang ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru dan dipopulerkan oleh orang-orang Barat. Jauh sebelum tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari kasih sayang Alkitab sudah mengajarkan tentang itu. Di hampir setiap lembaran Alkitab kita bisa menemukan ungkapan-ungkapan kasih, salah satunya, yaitu dalam Matius 9:36 ”Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Kasih yang diajarkan dalam Alkitab berbeda sekali dengan kasih yang kita kenal di dunia ini. Dunia hanya tahu untuk mengasihi keluarga, orang dekat atau orang yang berkenan di hati. Tetapi Alkitab mengajarkan sesuatu yang lebih lagi dari pada itu, yaitu mengasihi mereka yang tidak pantas untuk dikasihi.
Mengasihi orang yang tidak pantas dikasihi sudah dipraktekkan sendiri oleh Tuhan Yesus dimana Ia mampu mengasihi para pemungut cukai, pelacur dan orang kafir. Selain itu Yesus juga mau mengasihi pengkhianat-pengkhianat-Nya dan para pembunuh-Nya. Bukankah itu kasih yang besar yang tidak mungkin kita temukan di dunia ini? Dan yang jelas orang-orang tersebut merupakan perwakilan dari kita semua manusia yang berdosa.
Bila Yesus yang adalah Allah yang Kudus mau mengasihi kita manusia berdosa ini maka terlebih lagi kita dituntut untuk mampu mengasihi orang lain sekalipun mereka tidak pantas untuk dikasihi. Karena itu sekarang perhatikan sekitarmu, adakah tetanggamu, orang di tempat kerjamu, orang di gerejamu dan dimana pun itu, yang tidak layak untuk mendapat kasihmu? Jika ada, jangan tahan-tahan berikanlah kasihmu terhadap mereka. Merekalah sasaran yang sangat tepat dari kasihmu. Dan ingat nasehat Tuhan Yesus demikian: ”Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? ..... Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:46, 48).

MEMPERGUNAKAN KARUNIA ROHANI

Pena Gembala Petra


MEMPERGUNAKAN KARUNIA ROHANI
(1 Kor. 14:26-40)


Setiap orang Kristen yang hidup dalam Tuhan pastilah mempunyai karunia rohani dari Allah. Karunia yang bersumber dari Allah ini diberikan kepada seseorang bukan tanpa maksud atau hanya merupakan sesuatu yang kosong tanpa ada faedahnya. Tidak! Namun di sepanjang sejarah kekristenan kita bisa menyaksikan bagaimana karunia-karunia rohani digunakan untuk memberkati banyak orang secara khusus dalam lingkup jemaat Tuhan. Karena itu dalam konteks kita saat ini setiap orang yang mempunyai karunia rohani (apa pun itu) hendaknya tidak untuk disimpan tetapi untuk dipergunakan.
Lalu, dalam mempergunakan karunia rohani itu sendiri apakah itu berdasarkan kehendak yang memilikinya semata? Tidak juga! Ketika kita mempergunakan karunia rohani maka adalah bijak kalaulah kita mendasarinya pada firman Tuhan yang berbicara tentang itu dalam 1 Kor. 14:26-40. Dalam firman Tuhan ini kita bisa menemukan dua hal dari nasehat Paulus kepada jemaat di Korintus.
Pertama, karunia rohani harus digunakan dengan maksud untuk membangun (26-28). Paulus mengatakan agar setiap karunia yang ada pada jemaat di Korintus apakah bahasa roh, menafsirkan bahasa roh, pengajaran, pewahyuan dan yang lainnya biarlah semuanya itu digunakan semata-mata untuk membangun jemaat Tuhan. Bukan untuk kepentingan sendiri apalagi untuk disombongkan. Hal itulah yang terjadi diantara jemaat Korintus sehingga Paulus menasehati mereka seperti ini.
Dan yang kedua, karunia rohani harus digunakan dengan tertib (29-33). Paulus juga menasehati jemaat Korintus supaya ketika mereka mempergunakan karunia-karunia rohani yang ada di dalam jemaat biarlah itu digunakan dengan cara yang tertib. Hal ini dikatakannya karena kenyataannya di tengah-tengah jemaat Korintus terjadi kekacauan dan ironisnya kekacauan itu timbul ketika jemaat sedang menggunakan karunia rohani mereka. Paulus mengatakan bahwa Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera.
Belajar dari pengalaman jemaat Korintus ini maka biarlah kita juga jemaat Tuhan di Petra mau menggunakan karunia kita yang dari pada Allah apakah itu memainkan musik, memuji Tuhan, menari bagi Tuhan, berkhotbah, berdoa syafaat atau karunia lainnya. Hanya dalam menggunakan karunia-karunia tersebut biarlah kita memperhatikan nasehat Paulus tadi, yaitu untuk membangun jemaat Tuhan dan dengan cara yang tertib – menurut aturan yang ada. Amin.

JANGAN MEMANDANG MUKA

JANGAN MEMANDANG MUKA
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka (Yakobus 2:1).

Sifat yang cenderung memandang muka ternyata tidak hanya ditemukan diantara orang-orang yang bukan Kristen. Sifat ini ada juga di dalam gereja – diantara orang yang menyebut dirinya sebagai pengikut Kristus. Dari nasehat Yakobus kepada orang-orang Kristen zaman dulu kita bisa menduga bahwa ada sebagian orang Kristen yang memperlakukan orang lain berdasarkan status sosialnya. Yang kaya begitu dihormati dalam gereja sebaliknya yang miskin tidak diperhatikan bahkan cenderung disepelekan. Ini menyedihkan sekali.
Apa yang pernah terjadi ini diakui masih saja berlanjut dari generasi ke generasi orang Kristen walaupun tidak semua. Sebagai bukti nyata bisa kita saksikan dalam gereja, perksekutan, perkumpulan orang Kristen atau sejenisnya yang pernah kita masuki. Bukankah itu masih ada? Bahkan mungkin sifat yang memandang muka ini lebih beragama lagi faktor penyebabnya sekarang. Ada yang karena faktor kesukuan, warna kulit (ras) atau pendindikan.
Perlu kita menyadari bahwa sifat memandang muka ini bukan saja sebatas masalah diskriminasi (membeda-bedakan) tapi firman Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa itu adalah dosa. Itu menjadi dosa karena setidaknya ada dua alasan. Yang pertama dengan memandang muka berarti kita telah menjadi hakim atas sesama – menghina mereka yang ’kecil.’ Yang pasti sikap demikian mendukakan Tuhan. Lalu yang kedua dengan memandang muka berarti kita melanggar firman yang mengatakan: ”kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dan jelas pelanggaran itu adalah dosa.
Jemaat Petra dengan penuh kerendahan hati kita harus mengakui bahwa sikap yang demikian pernah juga kita lakukan atau setidak-tidaknya kita berpeluang melakukan kesalahan yang sama. Jikalau benar demikian mari kita dengar nasehat firman Tuhan yang menasehati supaya kita tidak bersikap demikian lagi.
Ada baiknya kita belajar dari Tuhan Yesus yang mana dulu ketika Ia melayani di dunia Ia bisa menerima semua orang dan memperlakukan mereka dengan baik tanpa membeda-bedakanNya – tidak ada ’anak emas’. Dengan demikian kita bisa menciptakan suasana yang nyaman dalam gereja dan setiap orang khususnya mereka yang dari golongan ’kecil’ bisa betah dalam gereja dan merasakan kasih Tuhan melalui kita.

GEMBALA YANG BAIK

Pena Gembala Petra

GEMBALA YANG BAIK
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1)


Kita masih dalam suasana tahun baru. Memasuki tahun ini di depan kita sudah menanti berbagai harapan dan tantangan. Untuk bisa meraih harapan demi harapan, dan melewati tantangan demi tantangan tentu kita tidak dapat sendirian. Kalaupun kita memaksakan diri untuk sendirian saja ke sana pastilah harapan yang akan kita raih tidak akan maksimal dan tantangan yang akan kita hadapi akan terasa lebih berat. Itu adalah realita hidup yang tidak dapat dibantah. Karena itu kita sebagai orang Kristen tentu membutuhkan sesuatu atau seseorang yang bisa menopang kita memasuki dan melewati tahun 2008 ini. Siapa itu?
Dalam Mazmur 23, raja Daud mengkumandangkan pengakuan imannya demikian: Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Pengakuan Daud ini menyatakan bahwa ia memerlukan Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Tuhan itu ibarat seorang gembala dan ia sendiri ibarat seekor domba. Tepat sekali ketika Daud mengidentikkan dirinya dengan seekor domba karena itu menggambarkan karakter manusia. Domba dikenal sebagai hewan yang dungu, mudah tersesat, renta terhadap kematian. Untuk bisa bertahan hidup seekor domba tidak bisa sendirian, ia memerlukan seorang gembala yang baik. Demikianlah juga dengan Daud ini, ia sadar betul, untuk bisa melalui hari-harinya ia tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri. Ia membutuhkan Tuhan, Sang Gembala itu untuk meraih harapannya dan melewati tantangan hidup.
Jemaat Petra, dari pengalaman hidup Daud ini kita bisa tahu bahwa pribadi yang kita perlukan untuk menolong kita memasuki tahun 2008 ini adalah Tuhan. Kalau saja raja Daud dalam segala kelebihannya; ia adalah seorang ksatria, raja, orang kaya, orang berhikmat dan berbagai kelebihan lain, ternyata ia masih memerlukan Tuhan dalam hidupnya maka terlebih lagi kita ini. Siapakah kita sehingga kita merasa hebat dan mau menyingkirkan Tuhan?
Jangan pernah singkirkan Tuhan tetapi libatkanlah Dia dalam hidupmu. Apapun yang kita lakukan di tahun ini, apakah melayani, bekerja di kantor, berdagang, mengajar, sekolah atau apa saja aktivitasmu pastikan Tuhan ada di situ. Biarlah Ia menggembalakan kita di setiap aktivitas kita. Dan jika kita taat dalam penggembalaan-Nya maka nanti suatu saat kita bisa melihat bagaimana tangan Tuhan turut bekerja membuat berhasil segala apa yang kita lakukan. Amin.

BERKARYA SAMPAI AKHIR

Pena Gembala Petra

BERKARYA SAMPAI AKHIR
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang (Lukas 12:43).



Normalnya setiap orang yang hidup di dunia ini pasti suka melakukan yang baik terlepas dari apa namanya itu. Namun yang jadi persoalan sekarang adalah adakah hal-hal yang baik itu dilakukan terus menerus sampai pada akhirnya? Kenyataannya, tidak juga, justru sebaliknya ada banyak orang yang cakap memulai perbuatan yang baik tapi tidak cakap untuk menyelesaikannya.
Itu adalah kenyataan yang bisa dialami oleh siapa pun. Tetapi kita tidak bisa menjadikannya sebagai suatu alasan untuk tidak menyelesaikan tugas-tugas kita di dunia ini – meninggalkannya di tengah ’jalan’. Allah memanggil kita untuk melakukan sesuatu (Kej. 2:15) dan juga untuk setia mengerjakannya sampai pada kesudahannya. Hal itulah yang dikatakan oleh Tuham Yesus dalam khotbah-Nya demikian: Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang (Lukas 12:43).
Apa yang dikatakan oleh Tuhan ini barangkali menyangkut kesetiaan kita dalam mengerjakan keselamatan yang telah kita terima dari-Nya. Misalnya setia mengerjakan ibadah kita, setia membangun persekutuan dengan Allah dalam doa, setia melayani di gereja dan berbagai macam pekerjaan rohani lainnya. Benar! Tetapi ini pun bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita – ketika bekerja di kantor, berdagang, kuliah atau bekerja sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Mari sebagai orang Kristen yang baik kita harus tahu apa yang menjadi tugas kita entahkah itu di gereja atau di luar gereja. Jangan pernah meninggalkan dunia ini tanpa melakukan sesuatu yang baik. Lakukanlah! Dan dalam melakukannya pun kita harus setia sampai nanti Tuhan memanggil kita atau setidak-tidaknya sampai pekerjan itu selesai.
Masih dalam khotbah yang sama, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa adalah berbahagia hamba yang tahu menyelesaikan tugas-tugas yang sudah dipercayakan kepadanya. Apa yang dikatakan Tuhan itu benar adanya. Umumnya ketika kita sedang mengerjakan sesuatu lalu itu selesai maka kita akan mengalami suatu kepuasaan batin. Kepuasan batin tersebut bisa dikatakan sebagai kebahagian – sesuatu yang manusiawi. Dan lebih lagi dari pada itu Tuhan akan memberkati kita dan tentu akan mempercayakan lagi sesuatu yang lebih besar untuk kita lakukan. Amin.

TAK PERLU BIMBANG

Pena Gembala Petra


TAK PERLU BIMBANG
“Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31b)


Sebuah lagu pujian berbunyi demikian: Tak pernah Dia janji hari ‘kan panas; Tak pernah Dia janji hari ‘kan hujan. Lagu pujian ini mau mengungkapkan bahwa ketika mengikut Tuhan tidak selamanya “enak.” Kita, pengikut Tuhan masih saja merasakan pergumulan hidup yang sama, seperti yang juga dirasakan oleh mereka yang tidak mengenal Tuhan.
Hal ini nampak juga lewat pengalaman murid-murid Tuhan Yesus. Suatu ketika Yesus menyuruh murid-murid-Nya sendirian naik perahu mendahului-Nya ke satu tempat. Dan setelah murid-murid ini berlayar mereka menghadapi badai yang mengancam jiwa mereka.
Dari pengalaman murid-murid ini, terkesan bahwa Yesus membiarkan mereka mengalami badai. Walaupun demikian satu hal yang tidak dapat disangakli bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan mereka di saat-saat kritis seperti itu. Tepat pada waktunya Yesus datang memberikan pertolongan.
Hanya yang menjadi masalah adalah murid-murid ini tidak sepenuhnya percaya akan pertolongan Tuhan . Ketika Yesus datang berjalan di atas air mereka menyangka bahwa itu hantu. Dan setelah Yesus meyakinkan mereka bahwa itu adalah Ia, Petrus pun masih saja bimbang sehingga ia hampir tenggelam. Dibutuhkan iman untuk mempercayai pertolongan Tuhan sekalipun itu sangat tidak masuk akal.
Demikian juga dengan kita, jemaat Tuhan. Ingat bahwa selama kita masih menumpang di dunia ini, kadang kala Tuhan masih mengijinkan kita mengalami “kesakitan.” Namun dalam keadaan begitu, janganlah kita menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan karena sesunguhnya Ia tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia tidak akan membiarkan kita menghadapi pergumulan hidup ini sendirain. Tepat pada waktunya ia akan datang dan meberikan pertolongan.
Dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: Ketika Tuhan memberikan pertolongan-Nya bagi kita, adakah kita percaya kepada-Nya atau malah sama seperti Petrus kita meragukan-Nya. Jemaat Petra, hendaklah kita jangan bimbang – percayalah akan pertolongan Tuhan. Amin

PENTINGNYA TUBUH YANG SEHAT

Pena Gembala Petra


PENTINGNYA TUBUH YANG SEHAT
Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah (1 Timotius 5:23)

Pena gembala kali ini diangkat dari pengalaman seorang hamba Tuhan, Timotius, juga dari pengalaman saya sendiri bahkan dari pengalaman beberapa jemaat Petra yang pada minggu ini mengalami masalah kesehatan.
Memiliki tubuh yang sehat, jauh dari berbagai jenis penyakit merupakan dambaan setiap orang. Dan itu juga yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Namun kenyataannya, kita justru seringkali mengalami yang namanya gangguan kesehatan mulai dari yang ringan sampai yang berat. Hal itu bisa saja terjadi oleh karena tubuh kita yang fana ini tidaklah memiliki kekebalan terhadap semua penyakit. Itulah adanya tubuh kita yang sudah dicemari dengan dosa sehingga cuaca yang buruk seperti sekarang ini atau wabah penyakit bisa menaklukkannya.
Tubuh kita memang tidak kebal terhadap semua penyakit. Tubuh yang kelihatan kuat dan sehat suatu saat akan mengalami juga masa penuaan, jenuh, lemah dan kesakitan. Kalau begitu apakah kita akan menyerah pada nasib. Oh tidak! Sama seperti nasehat Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius kita perlu untuk menjaga kesehatan kita.
Timotius, yang adalah hamba Tuhan manusia biasa juga yang sama seperti kita sehingga wajar kalau tubuhnya renta terhadap penyakit. Kemungkinan penyakit yang dialami oleh Timotius adalah penyakit usus. Dengan adanya penyakit ini Timotius (juga Paulus) tidak menyerah atau berdiam diri saja menunggu mujizat dari Tuhan. Tapi yang mereka lakukan adalah menjaga kesehatan Timotius (dan tentunya juga berdoa) makanya Paulus sampai menulis surat kepada Timotius dan mengatakan: “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.” Jadi, ternyata disamping mengharapkan kesehatan yang baik dari Tuhan, kita pun wajib untuk menjaga kesehatan kita sendiri.
Dari pengalaman kita yang beberapa hari belakangan ini jatuh sakit pasti kita sadar bahwa memiliki tubuh yang sehat itu sangat penting. Kalau kita dalam keadaan sehat tentunya kita bisa melakukan banyak hal dan tidak menderita. Tapi apa jadinya kalau kita sudah sakit? Kita akan mengalami banyak sekali kerugian mulai dari kerugian materi, beban pikiran, pekerjaan terbengkalai, pelayanan terhambat dan bahkan bisa mempengaruhi kondisi kerohanian kita. Karena itu bagi kita semua mari ikuti nasehat Paulus tadi untuk senantiasa menjaga kesehatan. Itu penting. Amin.

MENGUSAHAKAN KESEJAHTERAN KOTA KITA

MENGUSAHAKAN KESEJAHTERAN KOTA KITA
( Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu, Yeremia 29:7)

Dulu Presiden AS, John F. Kennedy pernah mengatakan demikian: “Jangan berkata apa yang diberikan negara kepadaku tetapi apa yang kuberikan kepada negara.” Apa yang dikatakan Kennedy ini sejalan dengan nasehat firman Tuhan kepada orang Israel dalam pembuangan di Babel demikian: Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang…(Yeremia 29.7). Di sini ada ajakan ilahi untuk memainkan suatu peranan yang mendatangkan kesejahteraan bagi kota
Selama dalam pembuangan di Babel orang Israel beranggapan bahwa penghukuman mereka dari Tuhan akan berakhir dalam waktu yang singkat dan mereka akan segera kembali ke tanah leluhurnya. Dengan demikian selama di tempat pembuangan mereka cenderung pasif, tidak mau bekerja. Namun berbeda dengan keyakinan mereka tersebut firman Tuhan datang melalui Nabi Yeremia supaya mereka mau mendirikan rumah, membuka kebun dan membentuk keluarga-keluarga baru di sana (ay. 5-6). Intinya mereka harus memposisikan diri sebagai warga di tempat dimana mereka berada dan berkarya untuk kesejahteraan tempat tersebut.
Dalam konteks kita sebagai orang Kristen yang hidup di negeri ini khususnya di kota Jakarta, kita pun terpanggil untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesejahteraan kota kita. Bila orang Israel terpanggil untuk mengusahakan kesejahteraan kota yang bukan kota asli mereka (sebagai orang buangan status mereka hanyalah menumpang), maka terlebih lagi kita harus berupaya keras untuk mensejahterakan kota milik kita sendiri.
Sejenak mari kita memperhatikan kota ini (Jakarta) dan bertanya adakah kota ini sudah mengalami kesejahteraan? Kalau kita mau jujur, sebenarnya kota ini jauh dari apa yang disebut sejahterta. Dimana-mana ada begitu banyak masalah-masalah social, salah satunya adalah kemiskinan dan ketidakadilan. Dalam keadaan seperti inilah kita orang Kristen mesti melakukan sesuatu untuk memberantas masalah-masalah sosial yang ada. Orang Kristen tidak cukup hanya hidup sebagai orang Kristen saja dimana hanya tahu beribadah dan berhubungan dengan Tuhan. Tetapi justru kekristenan itu kita bawa ke dalam dunia ini untuk memberkatinya. Salah satu caranya dengan berkarya sebagai orang Kristen yang mendatangkan berkat bagi banyak orang. Akhirnya orang Kristen tidak boleh pasif- orang Kristen harus aktif bekerja.

MENGASIHI TUHAN DAN SESAMA

MENGASIHI TUHAN DAN SESAMA
(Matius 22:34-40)

Kasih merupakan keunikan kekristenan diantara semua agama yang pernah ada di dunia ini. Keunikan kekristenan ini tentulah harus dinyatakan - itu tidak bisa hanya sekedar merek saja atau slogan kosong. Dan untuk menyatakan kasih ini perlu ada sasaran (objek) yang hidup. Pertanyaannya siapa yang harus menerima kasih itu?

Dari dalam Alkitab khususnya dalam percakapan antara Yesus dengan orang-orang Farisi yang waktu itu mau menjebak-Nya ada tertulis perintah untuk mengasihi Tuhan dan sesama – itulah yang harus menjadi sasaran kasih kita. Hal yang menarik di sini adalah ternyata mengasihi Tuhan dan sesama itu merupakan hukum yang terutama yang berarti ini menjadi puncak dari semua perintah-perintah yang ada di seluruh Alkitab. Oleh karena itu sudahlah seharusnya kalau kita serius melakukan perintah ini – tidak ada lagi tawar menawar.

Mengasihi Tuhan dan sesama ini diakui tuntutannya cukup tinggi yang mana kita diminta untuk mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi. Disamping itu kita juga diminta untuk bisa mengasihi sesama sama seperti mengasihi diri sendiri. Barangkali bagi sebagian orang ini cukup sulit. Tetapi kalau kita belajar dari Alkitab kita akan menemukan kenyataan bahwa sebenarnya mengasihi itu caranya sangatlah sederhana. Kita hanya diminta untuk mengasihi dengan tulus. Dari ketulusan itu nanti akan mengalir perasaan mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan.

Jemaat Petra, kita telah tahu bahwa kasih itu merupakan keunikan kekristenan. Dan juga kasih itu harus diwujudkan yaitu kepada Tuhan dan sesama. Jadi marilah kita, sebagai orang yang percaya untuk memilihara kasih ini. Dan kita harus terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu juga kita menjaga keseimbangan antara mengasihi Tuhan dan sesama. Maksudnya, kita tidak bisa hanya mengasihi Tuhan tanpa mengasihi sesama. Sebaliknya kita tidak bisa mengasihi sesama tanpa mengasihi Tuhan. Kedua harus berjalan seimbang. Amin.

KEMERDEKAAN SEJATI

KEMERDEKAAN SEJATI
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan (Galatia 5:1)


Pada hari ini, 17 Agustus 2008 tepat pukul 10.00 wib seluruh bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-63 tahun. Kemerdekaan yang sudah kita rasakan selama puluhan tahun ini tentu tidak terlepas dari perjuangan para leluhur kita di masa lalu. Dengan berbagai cara mereka sudah berusaha meraih kemerdekaan bangsa ini dari tangan para penjajah.
Apa yang dilakukan para leluhur kita pada zaman dulu mengingatkan kita akan karya Kristus yang juga pernah memperjuangkan kemerdekaan kita. Keduanya sama-sama menghasilkan kemerdekaan hanya bedanya para leluhur kita menghasilkan kemerdekaan politik sedangkan yang dilakukan oleh Kristus jauh lebih agung lagi, yaitu kemerdekaan dari penjajahan (baca: perhambaan) dosa.
Firman Tuhan mengatakan demikian: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.” Apa yang dikatakan firman Tuhan ini merupakan satu penegasan bahwa kemerdekaan sejati itu hanya ada di dalam Kristus. Dunia ini bisa saja menawarkan berbagai macam kemerdekaan misalnya kemerdekaan dari masalah keuangan, kemerdekaan untuk bersuara atau kemerdekaan politik sebagaimana yang dimiliki bangsa kita selama ini namun semuanya itu bukanlah kemerdekaan sejati. Kemerdekaan yang ada di dunia ini hanyalah sementara. Suatu saat nanti itu akan lenyap juga.
Karena itu di tengah-tengah suasana perayaan 17-an (baca:17 Agustus) kali ini sebagai umat Tuhan marilah kita mengingat dan sekaligus mensyukuri kemerdekaan yang sudah Kristus karuniakan kepada kita. Kita sudah merdeka, bukan hanya dari cengkraman Belanda atau Jepang tetapi juga dari cengkraman dosa.
Dan nasehat firman Tuhan selanjutnya tentang kemerdekaan ini, yaitu: “Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Biarlah itu menjadi pegangan kita dalam perjalanan rohani kita selama di dunia ini. Tidak hanya itu saja, biarlah nasehat ini juga kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai anak bangsa. Kita berdiri teguh dan berperilaku sebaga bangsa merdeka. Buang jauh mental hamba yang merupakan warisan dari masa lalu. Merdeka………..aaaaa.

JANGAN LELAH MELAYANI

Pena Gembala Petra


JANGAN LELAH MELAYANI
(1 Raj 19:1-8)

Kali ini mari bediam diri sejenak barang 1 menit dan renungkan kembali perjalanan rohani Saudara. Sudah berapa lama Saudara ikut Yesus? Sudah berapa lama Saudara melayani-Nya? Kemudian jawablah ini dengan jujur: Selama ini ketika melayani Tuhan adakah masa-masa tertentu dalam hidupmu dimana Saudara merasa lelah, jenuh atau bosan melayani-Nya? Kalau iya jangan berkecil hati mari kita dengarkan nasehat firman Tuhan. Dan bagi yang berkata tidak pernah merasa lelah melayani, puji Tuhan namun ada baiknya juga mendengarkan nasehat ini.

Dalam satu bagian firman Tuhan dikisahkan tentang seorang hamba Tuhan yang pernah mengalami ‘kegagalan’ dalam melayani. Ia adalah nabi Elia. Elia dikenal sebagai nabi besar pada zamannya, Tuhan memakai dia untuk melakukan perkara-perkara besar di tengah-tengah Israel (1 Raj 17:1, 14, 22; 2 Raj 1:8). Dan bahkan nilai pelayanan rohaninya dinubuatkan akan terulang kembali pada masa kemudian (Mal 4:5) dan itu terjadi dalam diri Yohanes Pembaptis (Mat 17:10-13). Namun sangat disayangkan karena dalam kebesarannya itu Elia pernah mengalami kegagalan, yaitu merasa lelah melayani Tuhan bahkan ingin berhenti dan mati saja (1 Raj 19:4).

Sebenarnya kegagalan Elia cukup ironis karena itu terjadi ketika ia baru saja mengalami kemenangan rohani melawan para nabi Baal (1 Raj 36-40). Sesudah memperoleh kemenangan Elia diancam dibunuh sehingga ia menjadi takut dan melarikan diri. Dan ia mulai berkeluh kesah kepada Tuhan dan meminta supaya nyawanya dicabut saja. Hal itu bisa terjadi dalam dirinya karena kenyataannya Elia manusia juga yang sama seperti kita bisa tersandung dan gagal.

Terlepas dari semuanya itu, satu hal yang positif dari kisah Elia ini yaitu di saat ia merasa lelah dalam pelayanan ia tidak serta merta meningggalkan Tuhan, tetapi sebaliknya ia berlari menuju ke gunung Horeb mencari Tuhan. Hasilnya, Tuhan menyatakan Diri dan memberi kekuatan kembali kepada Elia (1 Raj 19:5-8, 9-18).

Jemaat Petra, kita yang percaya kepada Kristus adalah pelayan Tuhan dalam profesi yang berbeda-beda. Ada yang sebagai pendeta, karyawan, pedagang atau guru. Ketika melayani melalui profesi kita barangkali kita pernah atau akan mengalami kelelahan seperti Elia. Bila hal itu terjadi ingat jangan pernah berontak dan meninggalkan TUAN kita tetapi larilah kepada-Nya, berkeluh kesahlah kepada-Nya, mengadulah kepada-Nya dan berdoalah kepada-Nya. Dan yang pasti ia tidak akan pernah membiarkan kita sendirian. Janji penyertaan-Nya dalam Mat 28:20b jangan lupakan.

ENGKAU TIDAK SENDIRIAN DALAM KESUSAHANMU!

Pena Gembala Petra


ENGKAU TIDAK SENDIRIAN DALAM KESUSAHANMU!
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Kor.12:9a)


Membaca judul Pena Gembala di atas mungkin saja kita akan berkata dengan nada pesimis: “Ah…teori!” atau “itu cuma slogan rohani saja.” Apa pun kata kita namun satu hal yang pasti itu sesuatu yang nyata. Sebagai orang percaya kepada Tuhan, ketika mengalami kesusahan kita tidak sendirian. Tuhan ada beserta dengan kita. Sebelum melanjutkan ini mari kita melihat sebentar beberapa fakta tentang kesusahan.
Pertama, kesusahan yang kita alami terkadang atas ijin Tuhan. Tuhan memang memikirkan yang terbaik bagi kita anak-anak-Nya. Ia menghendaki supaya kita diberkati, baik, sehat dan bahagia – Ia tidak pernah merancangkan sesuatu yang jahat bagi kita. Hanya, di saat-saat tertentu Ia bisa mengijinkan kita untuk mengalami kesusahan. Hal seperti itulah yang pernah dialami oleh Paulus. Ia yang seorang begitu mengasihi Tuhan dan setia dalam pelayanan ternyata mengalami juga apa yang namanya kesusahan. Dan anehnya itu atas ijin Tuhan (2 Kor. 12:7b). Ketika Tuhan mengijinkan kita mengalami kesusahan bukan berarti Ia jahat atau telah berubah setia terhadap kita. Tidak! Tetapi Ia mempunyai maksud mulia di balik kesusahan itu sebagaimana yang akan kita lihat.
Kedua, ada maksud Tuhan di balik kesusahan kita. Kembali kepada kisah Paulus. Tuhan mengijinkan Paulus mengalami kesusahan dan bahkan ketika Paulus berdoa agar Tuhan menolong dia – melepasakannya dari masalah itu Tuhan tidak mengabulkannya. Hal itu terjadi supaya Paulus tetap bergantung kepada Tuhan. Dalam segala kelebihan dan kesuksesan pelayanannya Paulus bisa saja menjadi sombong (2 Kor.12:7). Ia masih manusia juga sama seperti kita yang bisa jatuh dalam dosa kesombongan. Supaya hal itu tidak sampai terjadi maka Tuhan mengijinkan dia mengalami kesusahan. Jadi kalau kita melihat kesusahan dalam ‘kacamata’ rohani kita akan melihat sesuatu yang berbeda. Kesusahan bukan lagi kutukan tetapi itu bisa menjadi berkat.
Kembali pada perenungan tentang penyertaan Tuhan dalam kesusahan kita. Jemaat Petra, saat ini mungkin engkau dalam situasi yang sulit – ekonomi yang susah, pekerjaan yang tidak jelas, sakit penyakit, studi yang berat atau keluarga yang goncang. Tapi ingat bahwa engkau tidaklah sendirian. Janji firman Tuhan kepada Paulus bahwa Ia akan menaungi kita dalam segala kelemahan kita seperti yang tertulis dalam firman-Nya bahwa “…., sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor. 12: 9).

BERBEDA TETAPI SATU, SATU TETAPI BERBEDA

Pena Gembala Petra


BERBEDA TETAPI SATU, SATU TETAPI BERBEDA
Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yohanes 17:21).


Tidak lama lagi bangsa ini akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-62. Berbicara tentang kemerdekaan tentunya kita pasti diingatkan dengan semboyan negara kita yang digariskan pada awal kemerdekaan, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya Berbeda-beda tetapi Satu. Semboyan ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menyadari keragaman di dalamnya, namun dalam keragaman tersebut bangsa ini merindukan adanya kesatuan.
Kerinduan untuk menjadi satu dalam perbedaan sebenarnya bukan hanya ada diantara bangsa kita, tetapi itu juga menjadi kerinduan Tuhan Yesus. Sebelum mengakhiri pelayanan-Nya di dunia ini dua ribu tahun yang lalu Tuhan Yesus pernah berdoa kepada Bapa demikian: Supaya mereka (Gereja) semua menjadi satu……(Yohanes 17:21). Yesus menginginkan Gereja yang Ia tinggalkan di dunia ini tetap menjadi satu.
Untuk menjadi satu, memang sesuatu yang sulit karena perbedaan-perbedaan diantara jemaat Tuhan dan itulah yang terjadi sekarang ini – Gereja A sulit “bertemu” dengan Gereja B, demikian sebaliknya. Namun janganlah perbedaan membuat Gereja sulit untuk bersatu. Kalau bangsa Indonesia mampu bersatu dalam keragamannya, kenapa Gereja Tuhan tidak bisa???
Menjadi satu yang dimaksud tidak harus satu dalam gedung atau organisasi Gereja, dan itu tidak akan pernah mungkin terjadi karena setiap jemaat mempunyai latar belakang masing-masing. Jadi bersatu yang dimaksud Tuhan Yesus ialah: Semua Gereja hendaknya sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan (Bdg dgn. Filipi 2:2) memenuhi panggilannya sebagai saksi Kristus di dunia ini.
Jemaat Petra, kita sudah tahu bahwa Tuhan Yesus merindukan adanya kesatuan diantara Gerejanya. Marilah kita mulai dari antara kita dalam komunitas yang kecil ini. Kita tetap bersatu walaupun berbeda. Dan kesatuan yang ada diantara jemaat ini biarlah itu kita tularkan kepada Gereja-gereja lain sehingga apa yang menjadi doa Tuhan Yesus boleh terwujud.
Jangan pernah berusaha menghilangkan perbedaan diantara kita karena itu akan tetap ada dan sekaligus memperkaya kita. Biarlah kita berbeda tetapi satu, satu tetapi berbeda.

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT

SENGSARA MEMBAWA NIKMAT
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15)

Ungkapan kita orang Indonesia yang mengatakan: ‘Orang lain yang makan nangka saya yang kena getah’ sepertinya pas untuk dikenakan kepada Yesus. Kenapa tidak, dalam Kejadian 3 dikisahkan bagaimana kejatuhan manusia (Adam-Hawa) dalam dosa. Dan akibat dari kejatuhan itu ditimpakan kepada Yesus seorang diri.
Kejadian dimana manusia ‘makan nangka’ dan Yesus yang ‘kena getah’ tidak perlu disesali atau diprotes karena memang sudah kehendak Tuhan supaya Yesus yang menanggung dosa kita manusia. Hanya yang perlu kita renungkan sekarang adalah bagaimana kesengsaraan Yesus dalam menanggung dosa itu justru membawa nikmat bagi kita manusia.
Allah sudah menetapkan supaya dalam menanggung dosa manusia Yesus harus mengalami suatu kesengsaraan yang luar biasa yang kita kenal sekarang sebagai salib. Nubuatan Alkitab mengatakan bahwa tumit Yesus yang adalah keturunan jasmani dari Hawa diremukkan oleh si ular (Iblis). Dan nubuatan itu digenapi kemudian pada hari Jumaat sore 2000 tahun yang lalu ketika Yesus naik ke atas kayu salib – Ia mati di sana. Peristiwa itu membuat Yesus remuk, sengsara dan nampaknya kalah.
Tetapi itu sementara saja. Tepat pada hari Minggu pagi-pagi benar Yesus bangkit dari kubur. Ia keluar dari sana sebagai Pemenang. Kepala si ular telah diremukkan yang ditandai dengan taklukkanya kuasa maut, dosa dan Iblis kepada Yesus, Tuhan kita. Kemenangan Yesus inilah yang membawa nikmat kepada kita sekarang sebagai orang yang percaya kepada-Nya dimana kelak kita akan hidup bersama-sama dengan Dia di sorga.
Apa yang dialami oleh Yesus ini biarlah itu menjadi penghiburan bagi kita sekaligus mensyukurinya. Kalau bukan Yesus yang menggantikan kita di atas salib pastilah kitalah yang akan mengalami sengsara. Dan sengsara kita tidak akan pernah membawa nikmat tetapi justru kebinasaan. Karena itu pada saat peringatan kematiaan Yesus hari ini yang kita sebut sebagai Jumaat Agung kita ingat kembali apa yang sudah dikerjakan oleh-Nya di masa lalu dan kita menghargainya dengan tidak lagi hidup dalam perhambaan dosa. Bukankah Yesus telah mati untuk itu???

NATAL YANG HILANG

Pena Gembala Petra

NATAL YANG HILANG
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur
(Matius 2:11)

Natal yang akan kita rayakan pada tahun ini bukanlah natal pertama. Jauh sebelum kita mengenal dan merayakan natal, 2000 tahun yang lalu sudah ada sebagian kecil orang yang merayakannya, diantaranya adalah orang-orang Majus yang datang dari Timur.
Bila kita membaca Alkitab maka akan ditemukan bahwa natal pertama di kota Betlehem sana terkesan sangat sederhana dan memprihatinkan kondisinya – sesuatu yang berbeda sekali dengan natal di zaman kita sekarang ini. Natal pertama dirayakan hanya oleh segelintir orang yang dalam suasana mencekam dan tempatnya pun di kandang binatang (pinjaman lagi). Bukankah itu sangat sederhana dan memprihatinkan? Walaupun begitu namun dalam natal pertama itu ada sesuatu yang menarik dan terkesan, sesuatu yang jarang ditemukan dalam perayaan natal berikutnya.
Hal yang menarik dan terkesan dalam natal pertama, yaitu sikap orang-orang yang merayakannya. Semua orang yang dulu datang merayakan kelahiran Kristus di Betlehem perhatian mereka hanya tertuju pada satu pribadi saja, yaitu kepada Bayi Natal, Sang Mesias yang lahir di dunia ini. Hal itu bisa kita saksikan dari kisah orang-orang Majus. Ketika orang-orang Majus ini datang ke kota Betlehem tujuan utama mereka hanya satu, yaitu mencari Juruselamat yang sudah lahir. Dan ketika sudah menemukan-Nya mereka pun merayakan kelahiran tersebut dengan menyembah dan mempersembahkan persembahan terbaik mereka kepada Juruselamat. Saat itu Mesias menjadi pusat ‘perhatian’ dalam natal karena memang natal adalah milik-Nya.
Sekarang mari kita renungkan dan bandingkan dengan natal-natal yang sudah pernah kita lewati pada tahun-tahun sebelumnya. Bukankah natal yang kita kenal sekarang ini sebagai hari raya agama Kristen yang diwarnai dengan segala kemeriahan dan kemewahan? Natal kita tidak pernah lagi lepas dari pohon terang yang mahal, sinterklas yang membagi-bagikan hadiah, makanan-makanan yang lezat, pesta-pesta yang meriah dan segala bentuk kemewahan lainnya. Dengan semuanya itu seringkali kita melupakan si pemilik natal, yaitu Yesus kristus. Bukan lagi Yesus yang menjadi pusat perhatian natal tetapi pesta natal telah membuat-Nya terpinggirkan. Dengan begitu berarti natal yang sejati telah menjadi hilang.
Jemaat Petra, sebentar lagi kita akan kembali merayakan natal. Ketika merayakan natal tahun ini boleh saja ada pesta, hadiah, pohon terang dan semua yang berhubungan dengan tradisi natal tetapi satu hal yang tidak boleh hilang dalam natal kali ini, yaitu Yesus yang sudah lahir di dunia ini. Ia lahir untuk menyelamatkan kita dari dosa – biarlah itu yang menjadi renungan kita tahun ini.

MENGHITUNG HARI

Pena Gembala Petra

MENGHITUNG HARI
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12)

Hari ini tepat tanggal 30 Desember. Ibarat orang berjalan selangkah lagi kita akan memasuki babak yang baru, yaitu tahun 2008. Namun sebelum melangkah ke sana dan meninggalkan tahun 2007 ini saya mengajak kita untuk mengambil perenungan tentang hari-hari yang sudah kita lewati. Bagaimana perjalanan rohani kita selama ini?

Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Musa, seorang pemimpin besar. Dalam perenungannya Musa mengatakan demikian kepada Tuhan: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Apa yang dikatakan Musa ini benar adanya dan cukup beralasan karena kenyataannya umat Israel yang dipimpinnya di padang gurun sepanjang perjalanan, mereka tidak bijak dalam memanfaatkan hari-harinya. Bertahun-tahun kasih karunia demi kasih karunia Tuhan sudah limpahkan bagi mereka tetapi ternyata mereka menghabiskan hari-harinya hanya dalam dosa, sungut-sungut, pengkhianatan dan pemberontakkan kepada Tuhan. Akibatnya yaitu waktu mereka menjadi terbuang sia-sia selama 40 tahun – Tahun-tahun mereka berlalu dalam kehampaan. Orang Israel ini merupakan contoh orang yang tidak bijak dalam menggunakan hari-hari yang telah Tuhan karuniakan.

Bagaimana dengan kita? Jujurlah pada diri sendiri apa saja yang sudah terjadi dalam perjalanan rohani kita bersama dengan Tuhan sepanjang satu tahun ini? Kegagalankah atau keberhasilan? Apapun yang terjadi itu tidak bisa diulangi atau diperbaiki kembali. Hanya yang perlu kita lakukan sekarang, yaitu belajar menghitung hari-hari kita sebagaimana yang dikatakan Musa.

Sikap yang mau menghitung hari ini mempunyai dua sisi. Pertama, yaitu dengan menghitung hari-hari yang sudah berlalu maka kita akan tahu apa saja yang sudah kita lakukan selama ini termasuk kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi. Dan dari situ nanti kita bisa belajar dari kegagalan untuk tidak mengulangi kembali. Lalu. yang kedua, yaitu dengan menghitung hari-hari kita akan semakin disadarkan bahwa waktu kita di dunia ini makin lama makin habis sehingga dengan demikian kita bisa untuk lebih bijak lagi menggunakan waktu yang ada sebelum pada akhirnya nanti kita tutup usia.

Jemaat Petra tunggu apa lagi. Marilah kita mulai menghitung hari-hari kita. Jangan sampai hari demi hari berlalu, tahun demi tahun berlalu dan perayaan tahun baru demi perayaan tahun berlalu lalu seperti orang bermimpi kita baru sadar kita menemukan diri kita sudah di penghujung usia dan penuh dengan kegagalan rohani tanpa ada perbaikan. Bukankah itu menyedihkan. Sebelum itu terjadi, mari, belum terlambat, tutuplah tahun ini dengan mulai menghitung lagi hari-hari kita sedemikian hingga kita beroleh hati yang bijaksana. Amin. Selamat memasuki tahun 2008.

MENCINTAI TUHAN BERARTI MEMPERDULIKAN SESAMA

MENCINTAI TUHAN BERARTI MEMPERDULIKAN SESAMA
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku (Yohanes 21:17).

Seandainya kita hidup dua ribu tahun yang lalu maka kita akan tahu bahwa hari-hari ini merupakan hari dimana Yesus terus menerus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah bangkit dari kematian. Ketika menampakkan diri kepada murid-murid-Nya Yesus selalu mengadakan percakapan pribadi dengan mereka. Dan salah satu percakapan itu yang tercatat dalam Alkitab ialah percakapan-Nya dengan Simon Petrus, si Batu Karang.
Dalam percakapan itu, Yesus sampai tiga kali meminta Petrus untuk mengungkapkan cintanya kepada Tuhan. Dan Petrus pun dengan penuh percaya diri ia mengatakan: ’Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.’ Yang menarik ialah Yesus mempertanyakan cinta Petrus sampai tiga kali yang memberi kesan bahwa Yesus meragukan cintanya Petrus. Hal itulah yang membuat Petrus menjadi sedih.
Yesus bertanya kepada Petrus sampai tiga kali bukan tanpa alasan. Kita tahu bahwa Petrus ini adalah tipe orang yang gampang bicara dan mikir belakangan. Jadi wajarlah kalau Tuhan bertanya sampai tiga kali supaya si Batu Karang mengerti betul apa yang diucapkannya. Alasan lain kenapa Yesus harus bertanya sampai tiga kali ialah karena besarnya tanggungjawab mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan berarti peduli terhadap sesama atau dalam bahasa-Nya Tuhan Yesus ‘menggembalakan domba-Nya.
Dari percakapan Yesus dengan Petrus ini ada beberapa pelajaran rohani yang perlu kita terapkan dalam hidup kita. Yang pertama, sebagai orang yang mengaku pengikut Kristus kita dituntut untuk bisa mengasihi Tuhan. Lalu yang kedua, dalam mengasihi Tuhan kita harus sungguh-sungguh, kasih itu jangan hanya di mulut tapi buktikan dalam perbuatan. Dan yang ketiga, berkaitan dengan pembuktian kasih tadi maka kita diminta untuk bisa peduli (menggembalakan) orang lain.
Khusus tentang point yang ketiga, dalam mempedulikan orang lain bukan berarti kita harus terlebih dahulu menjadi gembala jemaat atau setidak-tidaknya pengerja dalam satu gereja. Tidak. Ini bukan hanya tanggungjawab para pelayan di gereja tetapi ini merupakan tanggungjawab setiap orang yang mengaku mengasihi Tuhan. Bila kita memang mengasihi Tuhan maka kita wujudkan kasih itu dengan peduli dengan orang lain. Dan wujud peduli ini bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan mendengarkan keluhan orang, memberi nasehat, menguatkan, mendorong, mendoakan dan segala hal yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain.

JEMAAT YANG BERDOA

JEMAAT YANG BERDOA
(Efesus 6:18b-19)


Bagi kita orang percaya hidup ini adalah peperangan – peperangan terhadap roh-roh jahat. Dan puji Tuhan dalam menghadapi peperangan ini kita telah diperlengkapi dengan berbagai perlengkapan rohani. Salah satu perlengkapan tersebut adalah doa.
Dalam nasehatnya kepada jemaat di kota Efesus, rasul Paulus mengatakan demikian: ”Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil.”
Dari nasehat Paulus ini ada tiga hal yang perlu kita perhatikan, yaitu: pertama, orang Kristen diminta untuk berdoa setiap waktu. Hal ini penting karena kenyataannya musuh kita pun senantiasa mencari kesempatan untuk menyerang. Untuk mewaspadai serangan-serangan mendandaknya maka kita perlu siap sedia dengan berdoa setiap waktu, baik atau tidak baik waktunya.
Lalu yang kedua, kita mesti berdoa di dalam Roh. Berdoa di dalam Roh ini berarti ketika berdoa kita memberikan diri kita ada di bawah pimpinan Roh Allah bukan berdasarkan kedagingan kita semata. Hal ini pun penting karena dengan pimpinan Roh kita bisa dimampukan untuk terus bertahan dalam peperangan yang ada.
Dan yang ketiga, kita harus tahu sasaran doa kita. Dalam nasehatnya di atas, Paulus mengajak jemaat Efesus untuk berdoa untuk segala orang kudus dan juga untuk dirinya sendiri dalam pelayanan pemberitaan Injil. Dari sini kita bisa tahu bahwa ternyata doa-doa jemaat punya peranan yang besar untuk menopang iman semua orang Kristen dan juga hamba-hamba Tuhan.
Panggilan berdoa di atas bukan hanya untuk jemaat Efesus yang hidup 2000 tahun yang lalu tetapi juga untuk kita di sini yang hidup hari ini. Sebagai sebuah jemaat kita perlu berdoa. Kehidupan doa tersebut bisa kita lakukan kapan dan dimana saja, misalkan dalam saat teduh kita, dalam gereja atau dalam acara Doa Semalaman sebagaimana yang kita lakukan di sini. Berdoalah setiap waktu, di dalam Roh dan ketahui sasaran doamu, dan kita akan tahu ’besok’ kita akan keluar sebagai pemenang. Amin.

INDAHNYA SEBUAH PERSEKUTUAN

Pena Gembala Petra

INDAHNYA SEBUAH PERSEKUTUAN
(Kis. 4:32-37)

Ada banyak perkumpulan yang bisa kita temukan di dunia ini. Ada perkumpulan yang didasarkan pada partai politik, marga keluarga dan ada pula perkumpulan yang didasarkan pada hobi yang sama. Semuanya ini mempunyai ciri khasnya masing-masing dan tentunya juga mempunyai daya tarik tersendiri, buktinya ada orang yang mau bergabung dalam perkumpulan-perkumulan demikian.
Namun perlu kita sadari bahwa semenarik apapun perkumpulan yang ada di dunia ini masih ada lagi yang jauh lebih menarik dan indah dari semuanya itu, yaitu perkumpulan orang-orang percaya yang terhisap dalam satu komunitas yang lebih dikenal dengan sebutan gereja. Salah satu bukti bahwa gereja jauh lebih menarik dan indah dibandingkan dengan perkumpulan apapun di dunia ini, yaitu gereja mampu bertahan selama kurang lebih 2000 tahun. Dan selama itu pula gereja telah menarik ratusan juta orang bahkan lebih lagi masuk ke dalamnya. Sementara perkumpulan-perkumpulan lain yang bisa kita sebutkan di sini bukankah semuanya itu sudah, sedang dan akan segera berlalu juga.
Kunci dari menariknya gereja ini dapat kita temukan dalam Kis. 4:32-37. Di situ diceritakan bahwa gereja mula-mula pada masanya merupakan suatu perkumpulan yang paling menarik di dunia. Bagaimana mungkin, bukankah awalnya orang-orang yang jadi anggota gereja pada waktu itu hanyalah orang-orang sederhana dan tidak punya pengaruh? Benar! Namun menariknya gereja mula-mula ini tidaklah terletak pada keberadaan anggotanya melainkan pada persekutuan mereka. Anggota-anggotanya yang terdiri dari orang-orang berlatar belakang berbeda-beda mampu membangun persekutuan yang indah dan intim.
Persekutuan jemaat ini nyata dalam hal kepedulian mereka satu sama lain. Mereka begitu saling mengasihi. Beban yang ada mereka tanggung bersama. Diantara mereka tidak ada iri hati, kemunafikan, benih perpecahan atau rupa-rupa kejahatan lainnya. Sungguh persekutuan mereka dilingkupi dengan kasih mesra Kristus. Dan dalam persekutuan demikian Tuhan menyatakan kuasa-Nya sehingga walaupun mereka kecil dan tidak berpengaruh namun mereka mampu menjadi perkumpulan yang paling menarik di dunia pada masanya.
Jemaat Petra, betapa indanya bila kita memiliki persekutuan yang demikian. Barangkali saat ini kita belum bisa menjadi jemaat yang ideal seperti jemaat mula-mula, ditambah lagi komunitas kita masih sangat kecil dan penuh dengan kekurangan. Namun marilah kita berusaha menciptakan suatu persekutuan yang penuh kasih di sini. Dan segala macam benih kejahatan yang bisa merusak persekutuan kita biarlah itu kita jauhkan sehingga pada akhirnya nanti kita akan bisa menyaksikan bahwa persektuan ini bisa menjadi sebuah persekutuan yang paling menarik diantara banyak persekutuan di dunia ini. Amin.

BINTANG ITU SEMAKIN DEKAT

Pena Gembala Petra


BINTANG ITU SEMAKIN DEKAT
Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada (Matius 2: 9b)

Natal semakin dekat saja. Kita sudah memasuki minggu ketiga dalam bulan Desember ini dan sekitar seminggu lagi orang-orang Kristen di seluruh dunia akan tiba pada tanggal 25 Desember dan merayakan puncak natal di sana. Sungguh suatu hari yang sangat dinanti-nantikan oleh siapa pun juga. Persiapan-persiapan sudah terasa dimana-mana. Ada yang belanja, mendekor, latihan koor dan berbagai persiapan lainnya.
Dekatnya natal ini dan hebohnya persiapan orang Kristen mencerminkan keadaan yang pernah terjadi di zaman dulu yang juga seputar kelahiran Yesus. Sesudah Yesus lahir di kota Betlehem, serombongan orang yakni orang-orang majus datang mencari-Nya. Tanda kelahiran Raja Damai ini bukan tanggal 25 Desember sebagaimana yang biasa digunakan sekarang ini tetapi hanya sebuah bintang di langit. Para majus dengan tekun mengikuti bintang itu dari Timur ke Yerusalem. Sesampai mereka di Yerusalem bintang itu semakin dekat dan puncaknya yaitu ketika mereka tiba di Betlehem.
Di Betlehem para majus merayakan kelahiran Yesus sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Kristen turun temurun. Natal yang dirayakan oleh orang-orang majus ini memiliki tiga makna, yaitu pertama dirayakan dengan dengan sukacita ilahi. Kedua, dalam sukacitanya mereka tidak lupa menyembah Yesus. Dan yang ketiga, mereka mempersembahkan persembahan terbaik mereka berupa emas, kemenyan dan mur kepada si Anak.
Kalau pada zaman dulu patokan kelahiran Yesus adalah bintang bagi orang majus tetapi sekarang bagi kita patokan kelahiran Yesus adalah tanggal 25 Desember. Jemaat Petra, seiring dekatnya ‘bintang’ itu. Mari kita jangan hanya menyibukkan diri dengan persiapan-persiapan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kelahiran Yesus, seperti pohon cemara, kado atau makanan khas natal. Itu boleh saja dipersiapkan dan diikutsertakan dalam natal namun jangan lupa apa yang perlu kita lakukan ketika tanggal 25 Desember tiba. Adalah benar adanya bila perayaan natal kekristenan selalu diikuti dengan sukacita ilahi, penyembahan yang benar dan persembahan yang terbaik bagi Tuhan.

BELAJAR MENGUCAP SYKUR

Pena Gembala Petra

BELAJAR MENGUCAP SYUKUR
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku (Habakuk 3:17-19).

Akhir-akhir ini sebagian besar diantara kita barangkali sedang mengalami masa-masa pergumulan dalam berbagai bentuk, entahkah itu berupa penyakit, krisis ekonomi, masalah keluarga, masalah dengan pasangan/sesama atau usaha/dagangan yang tidak laku. Semuanya itu pasti tidak baik bagi kita. Itu membuat kita menjadi pusing, stress bahkan mungkin protes, menyalahkan orang lain atau Tuhan sendiri atas keadaan kita ini.

Kalau kita pusing, stress atau protes itu wajar saja tetapi bukankah itu tidak menyelesaikan masalah? Jadi kenapa dalam keadaan seperti ini kita tidak mau belajar mengucap syukur? Sebelum meneruskan membaca tulisan ini barangkali ada yang tidak setuju dan berkata: Mengucap syukur, bagaimana mungkin? Iya itu memang sulit tapi mari kita belajar dari seorang tokoh Alkitab yang mau mengucap syukur di tengah-tengah pergumulannya.

Ketika nabi Habakuk hidup dan melayani Tuhan, saat itu adalah saat-saat yang sulit bagi orang Israel dan bagi Habakuk secara pribadi. Kesulitan yang dialami oleh Habakuk tergambar jelas dalam ucapannya di Habakuk 3:17. Nabi ini mengalami penderitaan yang luarbiasa karena tidak ada satu pun lagi yang bisa dia harapkan untuk menunjang hidupnya. Kebun dan ternaknya ternyata tidak memberikan hasil apa-apa.

Menghadapi kesulitan hidup ini sudah sewajarnyalah Habakuk berteriak dan protes kepada Tuhan. Memang awalnya Habakuk tidak menerima keadaan seperti itu namun pada akahirnya ia mau belajar mengucap syukur dalam segala hal, sehingga ia berani mengatakan demikian: Sekalipun pohon ara tidak berbunga……namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan. Rahasia dari kemampuan Habakuk untuk mengucap syukur terletak dalam dua alasan, yaitu pertama penderitaan bukanlah akhir segalanya dan yang kedua Allah masih ada di pihak kita.

Jemaat Tuhan, sekali lagi saya tahu bahwa kita sedang menghadapi masa-masa sulit. Tapi biarlah kita mengucap syukur kepada Allah. Dalam pergumulan ini pasti masih ada sesuatu yang baik yang Tuhan karuniakan bagi kita, ucapkanlah syukur akan itu.

MENGEMBALIKAN ALKITAB KEPADA PEMILIKNYA


I. PENDAHULUAN

Sejak kejatuhan dalam dosa (Kejadian 3) manusia sudah terbuang dari hadapan Allah. Akibatnya adalah manusia tidak lagi mengenal siapa Penciptanya dan siapa Allahnya. Manusia mengalami kekeringan rohani yang luarbiasa dan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya manusia berusaha membuat allahnya sendiri yakni, berhala yang pada hakekatnya bukan Allah (Roma 1:23).

Namun syukur kepada Allah oleh karena anugerah-Nya maka Ia berkenan menyatakan Diri kembali kepada manusia yang sudah sesat itu. Dalam menyatakan siapa Diri-Nya Allah memakai dua macam cara, yakni:

1. Melalui wahyu umum: alam semesta dan hati nurani (Mazmur 19:1-5; Roma 1:18-20; 2:14-16).

2. Melaui wahyu khusus: Alkitab.

Jadi bisa dikatakan bahwa Allah memberikan wahyu, khususnya Alkitab supaya manusia tahu kembali siapa Allahnya dan menyembah Dia. Namun dalam perjalanannya Alkitab, wahyu Allah ini seringkali diselewengkan. Ada saja orang yang berusaha merampasnya dari pemilik asli dan mau menguasai Firman Allah itu.

II. SEJARAH PERAMPASAN ALKITAB

Sifat menguasai merupakan salah satu sifat manusia termasuk dalam hal menguasai Kitab Suci. Sepanjang sejarah keberadaan Alkitab bisa dicatat banyak upaya dari segelintir orang yang mau menguasai buku tua tersebut terlepas dari apa motivasinya. Di sini akan disebutkan beberapa peristiwa dimana pernah terjadi penguasaan Alkitab oleh segelintir orang.

Dari catatan sejarah yang ada diduga bahwa golongan yang pertama sekali mencoba menguasai Alkitab adalah para ahli Taurat. Golongan ahli Taurat muncul pada masa Ezra dimana Ezra dikenal sebagai ahli Taurat Allah semesta langit (Ez. 7:12) kemudian mereka terus mengalami regenerasi dari masa ke masa hingga pada masa Tuhan Yesus bahkan sampai sekarang. Terbentuknya golongan ahli Taurat ini berangkat dari niat mulia, yaitu adanya kerinduan dari segelintir orang untuk menyelidiki isi Alkitab khusunya Perjanjian Lama kemudian mengajarkannya kepada umat Israel yang sudah lupa akan isi (bahasa) Alkitab akibat pembuangan selama 70 tahun (atau lebih).

Namun yang disayangkan ialah niat awal yang baik para ahli Taurat ini untuk menyelidiki Alkitab dan mengajarkannya kepada umat Tuhan kemudian berubah menjadi penguasaan atas Alkitab. Khususnya pada masa Tuhan Yesus para ahli Taurat dikenal sebagai golongan yang punya kuasa penuh dalam menafsirkan dan mengajarkan Alkitab. Ajaran-ajaran mereka yang begitu rumit ditambah dengan tafsiran-tafsirannya menjadi tolak ukur dalam kehidupan agama Yahudi waktu itu. Akibatnya umat Israel semakin menjauh dari Alkitabnya. Pengetahuan Alkitab umat berpatokan dari apa kata, ajaran atau tafsiran ahli-ahli Taurat. Jadi Alkitab yang dulu ditulis begitu lugas, sederhana dan mudah dimengerti sekarang menjadi sesuatu yang rumit dan asing.

Apa yang dilakukan para ahli Taurat ini bukanlah yang pertama dan terakhir. Di masa kemudian ditemukan juga segelintir orang yang sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar ingin menguasai Alkitab. Mereka itu adalah Gereja Roma Katolik khusunya para imamnya. Penguasaan atas Alkitab saat itu di latar belakangi oleh adanya terjemahan Alkitab yang disebut dengan Vulgata. Sebenarnya Vulgata ditulis supaya masyarakat mengerti isi Alkitab dalam bahasa umum yang banyak digunakan waktu itu, yaitu bahasa Latin. Namun anehnya di kemudian hari terjemahan Vulgata ini dijadikan sebagai satu-satunya terjemahan resmi gereja. Terjemahan di luar itu tidak diakui dan diizinkan beredar.

Selain itu Vulgata hanya dipegang oleh para imam saja. Akibatnya, orang awam tidak lagi mengerti isi Alkitab secara utuh.

Barulah setelah reformasi muncul, Alkitab mulai diterjemahkan dalam banyak bahasa untuk dibaca oleh orang-orang Kristen. Namun itu tidak berarti juga Alkitab sudah menjadi milik banyak orang. Walaupun Alkitab sudah beredar dalam berbagai bahasa di seluruh dunia dan dimiliki oleh setiap orang Kristen namun lambat laun Alkitab kembali mau dikuasai oleh komunitas tertentu saja, yaitu komunitas Theologia.

Barangkali komunitas ini tidak menyadari bahkan tidak bermaksud untuk menguasai Alkitab. Namun prakteknya mengarah ke sana. Di Sekolah-sekolah Theologia Alkitab digali, diselidiki, ditafsirkan lalu dikhotbahkan kepada jemaat. Hasilnya memang baik dimana jemaat bisa mendapatkan makanan rohani yang relatif lebih murni. Tapi di satu sisi juga jemaat menjadi bergantung pada para rohaniawan. Pengetahuan Alkitab jemaat kembali digantungkan sepenuhnya pada apa kata tafsiran atau ajaran pendeta. Jemaat tidak lagi mendapatkan makanan rohani langsung dari sumbernya yaitu Alkitab.

Penguasaan Alkitab ini baik yang dilakukan oleh golongan ahli Taurat, Gereja Roma Katolik maupun komunitas Theologia bisa dikatakan sebagai bentuk perampasan Alkitab dari pemilik aslinya.

III. SIAPA PEMILIK ASLI ALKTAB?

Dari dulu sampai sekarang bahkan pada masa yang akan datang tidak ada orang atau golongan yang bisa mengklaim dirinya sebagai pemilik tunggal Alkitab karena memang Alkitab tidak ditulis dengan maksud seperti itu. Jadi kalau begitu siapa sebenarnya yang menjadi pemilik atas buku kuno ini? Dari dalam Alkitab sendiri terungkap siapa pemilik Alkitab.

Di sini dituliskan ke-66 kitab dan alamat kitab-kitab itu ditujukan:

1. Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan, ditujukan kepada umat Israel khususnya mereka sedang yang mengembara di padang gurun.

Tujuan:

Kejadian: Menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dan sejarah manusia.

Keluaran: Menyatakan bagaimana tangan Tuhan melepaskan umat-Nya dari perbudakan.

Imamat: Menyatkan berbagai aturan untuk menjaga kekudusan umat Tuhan.

Bilangan: Menyatakan kegagalan umat Tuhan dalam meraih janji Allah.

Ulangan: Memeperseiapkan umat Tuhan untuk menerima janji-janji allah.

2. Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung, ditujukan kepada bangsa Israel sebagai umat Allah yang sedang berdiam di Tanah Perjanjian (Kanaan).

Tujuan:

Yosua: Menyatakan bagaimana Tuhan menggenapi janji-janji-Nya dahulu.

Hakim-hakim: Menyatakan kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya yang tidak setia.

Rut: Menyatakan kasih Allah terhadap orang kafir.

1&2 Samuel: Menyatakan keberhasilan dan kegagalan para hamba Tuhan.

Ayub: Menyatakan bagaimana orang percaya bisa dicobai tetapi Allah setia memulihkan.

Mazmur: Menyatakan pengalaman-pengalaman rohani umat Tuhan.

Amsal: Menyatakan berbagai hikmat yang mengajar orang untuk hidup lebih baik.

Pengkhotbah: Menyatakan bahwa tanpa Allah segala sesuatu sia-sia saja.

Kidung Agung: Menunjukkan kebaikan dan keindahan cinta-kasih yang sejati.

3. Yesaya, Yeremia, Ratapan, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk dan Zefanya, ditujukan kepada bangsa Israel yang terancam dihukum dan dibuang oleh Tuhan.

Tujuan:

Yesaya: Menyatakan ancaman Allah karena dosa dan juga pengharapan di masa depan

Yeremia: Menyatakan juga ancaman Allah dan perjanjian baru di masa depan.

Ratapan: Menunjukkan ratapan akibat penghukuman atas dosa umat Tuhan.

Hosea: Menunjukan ketidaksetiaan umat tuhan sekaligus menunjukkan kesetiaan Tuhan.

Yoel: Menyatakan berbagai bencana sebagai hukuman tuhan atas dosa mat-Nya.

Amos: Mengecam dosa ketidakadilan di masyarakat.

Obaja: Menyatakan bahwa bersukacita atas penderitaan orang lain adalah dosa.

Yunus: Menyatakan bagaimana Allah menghendaki pertobatan daripada penghukuman.

Mikha:Menyatakan kepastian penghukuman umat Tuhan akibat dosa mereka.

Nahum:Menyatakan penghukuman allah atas kekejaman dan keangkuhan.

Habakuk:Menyatakan bahwa orang jahat akan mati dan orang benar akan hidup.

Zefanya:Menyatakan penghukuman dari Tuhan akibat dosa penyembahan berhala.

4. 1&2 Raja-raja, Yehezkiel dan Daniel, ditujukan kepada bangsa Israel yang sedang ada dalam pembuangan.

Tujuan:

1&2 Raja-raja: Menyatakan keberhasilan dan kegagalan umat Tuhan.

Yehezkiel: Memberikan penghiburan tentang masa depan kepada umat yang dihukum.

Daniel: Megeskan bahwa Allah yang menentukan jalannya sejarah setiap bangsa.

5. 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Hagai, Zakharia dan Maleakhi ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah pulang dari pembaungan.

Tujuan:

1&2 Tawarikh: Menyatakan sejarah keberadaan Israel sebagai umat Allah.

Ezra: Menyatakan bahwa Allah menepati janji-Nya mengembalikan umat-Nya dari pembuangan.

Nehemia: Menyatakan bagaimana sikap yang bersandar kepada Allah membawa keberhasilan dalam tugas pelayanan.

Ester: Menyatakan Allah sebagai Allah yang Mahakuasa yang menyelamatkan umat-Nya dari bahaya.

6. Matius, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Mesias.

7. Markus, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Romawi.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Anak Allah.

8. Lukas, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang agama kafir.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai manusia sejati/sempurna.

9. Yohanes, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi di perantauan.

Tujuan: Menyatakan Yesus sebagai Firman yang menjadi manusia.

10. Kisah Para Rasul, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang agama kafir.

Tujuan: Menyatakan kisah para rasul yang bersaksi.

11. Roma, ditujukan kepada jemaat Kristen di Roma.

Tujuan: Menyatakan Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya.

12. 1&2 Korintus, ditujukan kepada jemaat Kristen di Korintus.

Tujuan:

1 Korintus: Menyatakan bagaimana Injil mampu memberikan jawaban terhadap persoalan jemaat khususnya persoalan moral.

2 Korintus: Menunjukkan kewibawaan seorang hamba Tuhan di mata jemaat.

13. Galatia, ditujukan kepada jemaat Kristen di Galatia.

Tujuan: menyatakan bahwa ketaatan agamawi tidak menyelamatkan manusia.

14. Efesus, ditujukan kepada jemaat Kristen di Efesus.

Tujuan: Menegaskan pentingnya kesatuan umat Allah yang telah ditebus.

15. Filipi, ditujukan kepada jemaat Kristen di Filipi.

Tujuan: Menyatakan akan pentingnya sukacita kristeniani dalam keadaan apa pun.

16. Kolose, ditujukan kepada jemaat Kristen di Kolose.

Tujuan: Menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan Kristus sudah sempurna.

17. 1&2 Tesalonika, ditujukan kepada jemaat Kristen di Tesalonika.

Tujuan:

1 Tesalonika: Menunjukkan keteguhan iman jemaat di tengah berbagai ajaran palsu.

2 Tesalonika: Menegaskan supaya jemaat tidak meributkan kedatangan Kristus kedua kali tetapi tetap bekerja sebelum waktu itu tiba.

18. 1&2 Timotius, ditujukan kepada Timotius, anak rohani Paulus.

Tujuan:

1 Timotius: Memberikan nasehat bagaimana menghadapi tekanan ajaran sesat.

2 Timotius: Memberikan nasehat bagaimana menjadi pelayanan yang baik.

19. Titus, ditujukan kepada Titus, anak rohani Paulus.

Tujuan: Memberikan nasehat bagaimana mengurus jemaat.

20. Filemon, ditujukan kepada Filemon, anak rohani Paulus.

Tujuan: Mengajak orang percaya untuk bisa mengampuni dan menerima orang lain sebagai saudara dalam Tuhan.

21. Ibrani, ditujukan kepada jemaat Kristen yang beralatar belakang Yahudi.

Tujuan: Menyatakan kesempurnaan Kristus dibandingkan tokoh-tokoh lain.

22. Yakobus, ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi di perantauan.

Tujuan: Menyatkan bagaimana orang Kristen berlaku sehari-hari.

23. 1&2 Petrus, ditujukan kepada beberapa jemaat Kristen yang tersebar di banyak tempat.

Tujuan:

1 Petrus: Menyatakan bahwa penderitaan bis menjadi batu ujian iman orang percaya.

2 Petrus: Menegaskan bahwa kedatangan Kristus kedua kali pasti akan terjadi.

24. 1 Yohanes, ditujukan kepada salah satu jemaat Kristen di Asia Kecil.

Tujuan: Menunjukkan bahwa anak allah sungguh-sungguh telah menjadi manusia.

25. 2 Yohanes, ditujukan kepada salah satu jemaat Kristen yang lain di Asia Kecil juga.

Tujuan: Mengajak jemaat untuk tetap saling mengasihi.

26. 3 Yohanes, ditujukan kepada seorang Kristen yang bernama Gayus.

Tujuan: Menyatakan tentang perbuatan orang Kristen yang mengasihi saudara seiman.

27. Yudas, ditujukan kepada sejumlah orang Krsten.

Tujuan: Menguatkan jemaat dari pengaruh ajaran sesat.

25. Wahyu, ditujukan kepada tujuh jemaat Kristen pertama di Asia Kecil.

Tujuan: Menyatakan masa depan yang berakhir dengan pemerintahan Kristus.

Semua nama orang, jemaat atau umat yang disebutkan di atas sebagai alamat ke-66 kitab adalah umat Tuhan tanpa terkecuali. Jadi boleh disimpulkan bahwa Alkitab diberikan oleh Allah untuk diterima, dibaca, direnungkan dan dilakukan oleh umat-Nya. Bukan untuk dimiliki oleh segelintir orang seperti yang pernah terjadi.

IV. ALKITAB FIRMAN ALLAH

Dewasa ini ada satu fenomena yang sedang berkembang, yaitu semakin banyak saja orang yang menerima dan mengagumi Alkitab sebagai buku yang berpengaruh baik dari kalangan Kristen maupun yang bukan Kristen. Namun sangat disayangkan karena buku tersebut diterima baru sebatas buku kuno. Ada pula yang melihatnya hanya sebagai buku sastra, buku sejarah dan yang lebih menyedihkan lagi, yaitu Alkitab dianggap sebagai buku yang berisi mitos-mitos agamawi. Benarkah demikian?

Dalam Alkitab memang terdapat catatan tentang sastra, sejarah dan lain sebagainya tetapi Alkitab tidak dapat disebut sebagai buku sastra atau buku sejarah. Lebih daripada itu, Alkitab adalah Firman Allah yang tertulis yang diberikan kepada manusia sebagai penuntun hidup supaya manusia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 20:31).

Adapun beberapa bukti nyata yang menegaskan Alkitab adalah Firman Allah, yaitu sebagai berikut:

1. Alkitab sendiri menegaskan dirinya sebagai Firman Allah. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16). Lalu penegasan yang lain, yaitu “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:20-21).

2. Yesus dan para rasul mengakui keaslian Alkitab, dengan berulang kali mengutipnya dalam tulisan-tulisan dan pelayanan-pelayanan mereka. Misalnya, penegasan Yesus berikut: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (Matius 5:18). Juga Petrus mengutip ucapan Daud untuk menyokong kebenaran kebangkitan Yesus Kristus (KPR 2:29-36).

3. Gereja segala zaman telah mengakui dan menggunakan Alkitab sebagai tulisan yang diilhami Allah yang menyatakan tentang Diri dan kehendak-Nya kepada kita. Bapa-bapa gereja mulai dari abad pertama, seringkali memuat kutipan-kutipan Alkitab dalam tulisan-tulisan mereka. Alkitab selalu menjadi ukuran utama dari iman dan tindakan gereja yang sejati.

4. Sejarah dan arkeologi turut mengokohkan ketepatan Alkitab. Laporan sejarahnya jelas dan tak tersangkal. Banyak tempat yang disebut dalam Alkitab, sampai hari ini masih dapat dikenali. Ratusan penemuan arkeologis telah menyingkapkan banyak bukti kuat yang menyongkong tuntutan Alkitab bahwa Alkitab dapat dipercaya sebagai Firman Allah. Naskah-naskah Alkitab kuno sampai hari ini masih disimpan, diantaranya:

a. Naskah Laut Mati yang berisikan baik bagian atau pun naskah lengkap Kitab-kitab PL, kecuali Kitab Ester. Sebagian dari naskah-naskah ini berasal dari abad kedua dan ketiga sebelum Masehi.

b. Naskah Septuaginta dari 250 tahun sebelum Kristus.

c. Codex Sinaiticus ditemukan dalam sebuah biara tua di kaki Gunung Sinai, berasal dari abad-abad permulaan kekristenan.

5. Nubuat-nubuat yang digenapi menyaksikan ketepatan Alkitab, contohnya dari hidup Yesus melukiskan kebenaran ini:

a. Dilahirkan dari seorang perawan (Yesaya 7:14 dan Lukas 2:26-35).

b. Dilahirkan di Betlehem (Mikha 5:2 dan Lukas 2:4-7).

c. Tidak berdosa (Yesaya 53:9 dan 2 Korintus. 5:21).

d. Mati disalibkan (Yesaya 53:5, 7 dan Matius 27:35).

6. Kesatuan dan kepaduan Alkitab menyatakan kebenarannya. Ini menunjukkan pada satu pengarang, yaitu Roh Kudus, di balik sedemikan banyak penulis yang berbeda-beda. Alkitab bukan sekedar kumpulan kacau dari banyak tokoh, tempat, kejadian. Ia memiliki kesinambungan yang mengherankan, sebagaimana sekian banyak fakta dan berita Alkitab terjalin erat yang menyatakan Putera Allah, Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus dan keterlibatan-Nya dalam penebusan dan pemulihan manusia. Satu Buku, satu pokok pikiran – Yesus Kristus.

7. Alkitab diteguhkan oleh kuasanya merubah hidup. Beritanya yang meledak dalam sejarah manusia zaman PB telah menjungkirbalikkan dunia (KPR 17:6). Ada kuasa dalam pesan Firman Allah. Dari zaman Rasul Paulus sampai kini, kuasa Injil telah merubah banyak kehidupan. Bangsa dan kebudayaan yang dimasuki Injil selalu mengalami akibat positif, meningkatnya: hak azasi manusia, perlakuan baik terhadap anak dan wanita, kemajuan pelayanan medis, kebebasan dari perbudakan dan lain sebagainya. Alkitab adalah satu-satunya buku yang memberi jawab bagi pertanyaan hakiki hidup manusia: Siapakah aku? Dari mana aku berasl? Mengapa aku di sini? Kemana aku menuju? Apa maksud keberadaanku.

V. PROSES TERJADINYA ALKITAB

Alkitab yang kita pegang saat ini tidaklah turun dari surga dalam bentuk yang sudah lengkap. Alkitab tidak diberikan dengan cara demikian. Alkitab membutuhkan proses yang sangat panjang untuk menjadi sebuah buku yang berisi 66 buah kitab.

Ke-66 kitab dalam Alkitab ini ditulis oleh kurang lebih 40 orang yang mempunyai latar belakang berbeda. Diantara mereka ada yang berprofesi sebagai raja, gembala, nabi, seniman, nelayan, rasul, rabi (guru) dan lain-lain. Kebanyakan juga mereka tidak saling mengenal. Mereka hidup pada waktu dan tempat yang jauh berbeda. Singkatnya keseluruhan isi Alkitab ditulis kurang lebih 4000 tahun.

Tentu bagi kita ini mengherankan karena bagaimana mungkin 66 buku yang ditulis selama 4000 tahun oleh 40 orang berbeda yang kebanyakan tidak saling kenal bisa menjadi sebuah buku yang memiliki satu kesatuan. Rahasianya adalah karena Alkitab terbentuk melalui dua tahapan yang dikontrol oleh Allah sendiri, yaitu:

1. Tahap Penginspirasian

Dalam tahap ini seluruh isi Alkitab ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Allah saja (2 Timotius 3:16). Maksudnya, ialah Roh Kuduslah yang menggerakkan para penulis Alkitab untuk menuliskan Firman-Nya. Ketika para penulis menuliskan Alkitab mereka tidaklah seperti seorang ‘sekretaris’ yang menuliskan kata demi kata dari surga. Tetapi mereka menulis menurut kemampuan, kepribadian, karakter, karunia dan talenta mereka masing-masing, hanya di balik semua latar belakang mereka itu Roh Kudus tetap mengontrol mereka secara terus menerus sehingga mereka menuliskan kebenaran secara sempurna. (2 Petrus 1:10-20). Jadi bisa dikatakan bahwa sebenarnya penulis utama Alkitab adalah Roh Kudus sedangkan ke-40 orang yang dipakai-Nya dalam penulisan Alkitab hanyalah alat di tangan-Nya.

2. Tahap Kanonisasi

Setelah seluruh isi Alkitab dituliskan bukan berarti Alkitab sudah terkumpul menjadi sebuah buku seperti sekarang ini. Tetapi itu melewati lagi proses pengumpulan sekian lama. Proses pengumpulan tersebut disebut dengan istilah kanonisasi. Adapun sejarah singkat pengumpulan kanon Alkitab sebagai berikut; 39 kitab PL telah lengkap sekitar 400 tahun sebelum Masehi dan itu disahkan kembali dalam Sinode yang diadakan orang Yahudi di Jamnia pada tahun 90 M. Sedangkan ke-27 kitab PB disahkan di Sinode Karthago pada tahun 397 M.

Pengumpulan ke-66 kitab dalam Alkitab ini memang dilakukan oleh manusia (gereja) tetapi itu tidak berarti bahwa gerejalah yang berkuasa untuk menentukan Firman Allah. Gereja tidak menciptakan kanon, tetapi yang dilakukan gereja hanya

mengesahkan dan mengakui apa yang merupakan Firman Allah. Sesungguhnya tangan Allah turut bekerja dalam pengumpulan Alkitab hingga lengkap seperti sekarang ini.

Adapun penjabaran ke-66 kitab tersebut, yaitu:

1. Perjanjian Lama:

a. Lima Kitab Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.

b. Dua belas Kitab Sejarah: Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1&2 Samuel, 1&2 Raja-raja, 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia dan Ester.

c. Lima Kitab Puisi/Syair: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah dan Kidung Agung.

d. Lima Kitab Nabi-nabi Besar: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel dan Daniel.

e. Dua Belas Kitab Nab-nabi Kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zafanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.

2. Perjanjian Baru:

a. Empat Kitab Injil: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

b. Satu Kitab Sejarah: Kisah Para Rasul.

c. Dua puluh satu Surat-surat: Roma, 1&2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1&2 Tesalonika, 1&2 Timotius, Titus, Filemon, Ibrani, Yakobus, 1,2&3 Yohanes dan Yudas.

d. Satu Kitab Nubuat: Wahyu.

Disamping ke-66 kitab ini ada juga sejumlah tulisan yang beredar di kalangan orang Kristen, yaitu:

1. Deuterokanonika (Kanonika Kedua) atau Apokripha (Tersembunyi) yang terdiri dari Kitab 1&2 Esdras, Kitab Tobit, Kitab Yudit, Tambahan dalam Kitab Daniel, Tambahan

pada Kitab Ester, Kitab Doa Manasye, Surat Yeremia, Kitab Barukh, Kebijaksanaan Yosua bin Sira, Kebijaksanaan Salomo, Kitab 1,2,3&4 Makabe. Kitab-kitab ini ditulis pada masa sebelum masehi dan tercantum dalam Alkitab Gereja Katoloik Roma.

2. Pseudopigrapha (Tulisan Palsu) yang terdiri dari Injil Thomas, Injil Petrus, Injil Filipus (semuanya ditulis pada abad ke-2) dan Injil Barnabas (ditulis pada abad ke-7). Kitab-

kitab ini ditulis oleh orang-orang yang memakai nama para rasul dengan tujuan supaya tulisan mereka diterima kalangan umum.

Bagi sebagian orang baik Deuterokanonika maupun Pseudopigrapha merupakan bagian dari Firman Allah (Alkitab). Namun bagi kita kitab-kitab ini bukanlah Firman Allah dan bukan pula bagian dari Alkitab karena sejak awal itu tidak diakui oleh orang Yahudi sebgai Firman Allah, Yesus dan para rasul tidak mengakuinya juga sebagai Firman Allah, di dalammnya terdapat banyak kesalahan sejarah dan ajarannya bertentangan dengan isi Alkitab.

VI. BERBAGAI UPAYA MENGEMBALIKAN ALKITAB KEPADA PEMILIKNYA

Sekalipun Alkitab yang adalah Firman Allah itu berkali-kali diselewengkan namun ada saja orang-orang yang setia pada Alkitab dan berupaya keras untuk mengembalikan Firman Allah itu kepada pemilik aslinya. Tuhan Yesus boleh disebut sebagai salah satu orang yang berperan dalam mengembalikan Alkitab kepada umat Allah. Khotbah-khotbah Tuhan Yesus yang sederhana dan yang memberkati pendengar (Mat. 7:28-29) merupakan bukti nyata bahwa Yesus mengajar dengan tujuan supaya pendengar-Nya mengerti Firman Allah. Ajaran-Nya tidak disibukkan dengan tafsiran-tafsiran yang berbelat-belit dan ditambahkan dengan adat istiadat Yahudi yang begitu rumit sebagaimana yang dipraktekkan oleh para ahli Taurat dan yang justru semakin menjauhkan orang dari Firman Allah (Mat. 15:1-9).

Lalu di masa kemudian pernah muncul juga seorang yang bernama John Wicliffe ketika imam-imam Katolik sedang memonopoli (menguasai) Alkitab dalam bentuk Vulgata. Wicliffe mempunyai pendirian bahwa setiap orang harus diberi keleluasan membaca Kitab Suci dalam bahasanya sendiri. Karena itu pada tahun 1380 ia menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasanya, yaitu bahasa Inggris untuk bisa dimengerti orang-orang sebangsanya sekalipun Gereja Roma Katolik sangat menentang usaha itu.

Tidak lama kemudian, yaitu pada tahun 1456 seorang yang bernama Johann Gutenberg mengambil bagian dalam upaya mengembalikan Alkitab kepada pemiliknya. Yang dilakukan oleh Gutenberg cukup unik, yaitu ia membuat mesin cetak pertama di dunia. Dengan mesin cetaknya itu Gutenberg pertama sekali mencetak Alkitab, Firman Allah dalam jumlah besar dan menyebarkannya kepada orang banyak. Sejak itu setiap orang dimudahkan untuk memperoleh Alkitab dan mereka tidak lagi tergantung penuh kepada para imam.

Upaya lain yang boleh dikatakan sebagai upaya terbesar yang pernah dilakukan untuk mengembalikan Alkitab kepada pemiliknya adalah upaya yang dilakukan para Reformator Gereja, diantaranya Martin Luther, John Calvin dan Zwingli. Mulai tahun 1517 dengan lantang orang-orang ini memprotes para pimpinan Gereja Roma Katolik yang ‘merampas’ Alkitab dari jemaat dan menggantikannya dengan tradisi-tradisi gerejawi yang pada hakekatnya buatan manusia dan bukan Firman Allah. Dalam pelayanan mereka para Reformator memfokuskan perhatian mereka dalam penyebarluasan Firman Allah dan memperketat pengajaran Alkitab kepada jemaat.

Selain upaya-upaya di atas di masa-masa kemudian masih terus bermunculan orang-orang orang rindu membawa Alkitab kepada orang banyak. Mereka itu ada yang bernama William Carey, Lembaga-lembaga Alkitab dan para pendiri Gideon Ministry. Materi seminar ini juga boleh dikatakan sebagai bagian dari upaya mengembalikan Alkitab kepada jemaat. Dengan materi ini diharapkan setiap pembaca bisa mengerti bahwa Alkitab, Firman Allah pada awalnya memang diberikan kepada umat Tuhan dan bukan untuk dikuasai oleh orang-orang tertentu saja.

VII. PENUTUP

Akhirnya, mari kita umat Tuhan yang adalah pemilik sah dari Alkitab mulai ambil, buka, baca, renungkan, lakukan dan pelihara Firman Allah itu. Kita jangan lagi berlaku sebagai orang asing terhadap Alkitab yang hanya mendengarkannya setiap hari Minggu ketika khotbah disampaikan di mimbar. Secara hukum kita adalah pemilik Alkitab dan sudah sepantasnya jika kita mendapatkan makanan rohani dari sana bukan dari apa kata orang.

Hanya dalam membaca Alkitab khususnya dalam menafsirkannya kita masih perlu juga pengontrolan. Jangan lupa bahwa Alkitab ditulis dalam kerangka bahasa dan budaya orang yang hidup ribuan tahun lalu. Tentu itu berbeda dengan kita yang hidup saat ini. Karena itu dalam membaca dan menafsirkan Alkitab tidak bisa sesuka hati. Dalam hal ini perlu dibantu dengan ilmu theologia yang baik dan benar.

Oleh: Samuel Wau

LAGU KEBANGSAAN ISRAEL

Hatikva merupakan lagu kebangsaan Israel. Kata Ibrani ini arti harafiahnya adalah "Harapan". Lirik Hatikvah digubah oleh Naphtali Herz Imber (1856-1909) di Jassy pada tahun 1878. Ia berasal dari Galisia (sekarang berada di Polandia, Rumania dan Ukraina). Pada proklamasi Israel pada tahun 1948, lagu ini dijadikan lagu kebangsaan Israel. כל עוד בלבב פנימה Kol `od balevav P'nimah Jauh di lubuk hati, נפש יהודי הומיה, Nefesh Yehudi homiyah, nafas seorang Yahudi mendesah, ולפאתי מזרח קדימה Ulfa'atey mizrach kadimah dan sampai ke ufuk timur, עין לציון צופיה Ayin l'tzion tzofiyah. mata tetap memandang Zion, עוד לא אבדה תקותנו, Od lo avdah tikvatenu Tetapi harapan kami tidaklah hilang, התקוה בת שנות אלפים, Hatikvah bat shnot alpayim: Harapan selama duaribu tahun, להיות עםחופשיבארצנו Li'hyot am chofshi b'artzenu Menjadi orang merdeka di tanah sendiri, ארץ ציון וירושלים. Eretz Tzion v'Yerushalayim.Tanah Zion dan Yerusalem.

TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN ISRAEL

Oleh karena itu kami sebagai anggota dewan rakyat, representasi Masyarakat Yahudi dan Gerakan Zionis berada di sini untuk berkumpul pada hari berakhirnya mandat Inggris Raya atas Eretz-Israel. Atas dasar hak alamiah dan hak kesejarahan serta kekuatan resolusi Majelis Umum PBB, dengan ini kami memproklamasikan berdirinya sebuah Negara Yahudi di Tanah Israel yang akan disebut Negara Israel (18 Mei 1948)

Komen di sini


ShoutMix chat widget