Refleksi
────────────────────────────────────────────────
PERANAN PLURALISME DALAM MEREDAM PERTIKAIAN
I. Pendahuluan
Indonesia yang dulu kita bangga-banggakan sebagai bangsa yang ramah khususnya terhadap pendatang asing sekarang sudah banyak berubah. Keramahan itu tinggal kenangan – digantikan dengan ketidakharmonisan yang memalukan. Hal ini dikatakan karena faktanya di tengah-tengah bangsa ini bersembunyi sejumlah teroris dunia. Celakanya lagi justru beberapa nama kondang teroris dunia muncul diantara anak bangsa ini, sebut saja mereka yang dipidana mati karena kasus bom Bali beberapa tahun yang lalu. Terorisme sendiri bisa dikategorikan sebagai bentuk pertikaian. Pertikaian antara pihak peneror dengan pihak yang diteror.
Kondisi Indonesia yang tidak harmonis ini pasti akan memberikan dampak negatif dalam perjalanan kita sebagai sebuah bangsa. Dengan adanya kasus terorisme otomatis akan mendorong pemerintah negara-negara di dunia mengeluarkan travel warning bagi warga mereka yang ingin mengunjungi Indonesia. Akibatnya perekonomian bangsa ini akan semakin terpuruk apalagi dalam situasi sekarang dimana harga minyak dunia melonjak tajam yang turut mempengaruhi lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok. Dan ujung-ujungnya masyarakt kita akan semakin sengasara saja. Kasihan. Selain itu terorisme akan menimbulkan ketakutan terhadap masyarakat luas.
II. Latar Belakang Lahirnya Pertikaian
Sampai kapan perasaan takut ini harus menghantui masyarakt kita? Sangat sulit menjawab pertanyaan ini! Kalaupun ada yang berkompeten menjawabnya tetapi mengenai waktunya (kapan?) tidak bisa dipastikan. Walaupun begitu tetapi kita jangan pesimis. Untuk menemukan titik terang sampai kapan perasaan takut itu harus menghantui masyarakat kita, maka kita harus melihat ke belakang dulu, latar belakang lahirnya sebuah pertikaian khusunya dalam konteks terorisme.
Melihat sejarah teror ETA terhadap pemerintah Spanyol, militan Moro terhadap pemerintah Filipina, milisi Taliban terhadap pemerintah Afganistan / pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat, Hamas terhadap Israel dan teror-teror lainnya di berbagai belahan dunia maka dapat disimpulkan sebuah pertikaian bisa lahir dari persaingan yang tidak seimbang. Dua kubu tertentu awalnya saling bersaing untuk menguguli satu sama lain, namun lama kelamaan ketika persaingan tidak lagi berimbang, yang satu selalu terpojok sementara yang satu lagi selalu unggul maka kubu yang selalu terpojok berusaha menjatuhkan kubu yang selalu unggul tadi dengan menyebarkan teror.
Terorisme bisa juga lahir, tidak melulu karena persaingan yang tidak berimbang tetapi karena tekanan kelompok tertentu terhadap kelompok yang lain (biasanya yang kuat terhadap yang lemah). Akibatnya kelompok yang lemah menyebarkan teror sebagai reaksi terhadap aksi yang menekan dari kelompok yang kuat. Dua faktor inilah yang telah melahirkan terorisme baik dalam skala lokal maupun skala internasional. Kalau saja persaingan yang tidak seimbang dan tekanan kelompok tertentu terhadap kelompok yang lain bisa dihilangkan dari pergaulan umat manusia maka masalah terorisme bisa diselesaikan dan bila masalah terorisme sudah diselesaikan maka dengan sendirinya perasaan takut masyarakat kita bisa diakhiri.
III. Solusi
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana menghilangkan kedua faktor di atas? Jawabannya adalah pluralisme. Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau lebih dari satu. Jadi pluralisme bisa diartikan sebagai keadaan masyarakt yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politknya). Bila konsep pluralisme ini yang mengakui dan menerima keberagaman dalam masyarakat, benar-benar diterapkan dalam kehidupan masyarakat dunia maka setiap individu / kelompok bisa mengakui dan menerima keberadaan individu / kelompok yang lain (berbeda). Kalaupun harus terjadi persaingan, maka tidak akan sampai menimbulkan persaingan yang menekan atau bahkan mematikan individu / kelompok tertentu. Implikasinya pertikaian bisa diakhiri dari dunia kita (atau setidak-tidaknya diminimalkan). Dari sini kita bisa lihat bahwa pluralisme mempunyai peranan penting dalam meredam pertikaian.
IV. Pluralisme dan Kekristenan
Dalam konteks kekristenan, pluralisme tidaklah bertentangan dengan iman Kristen. Hanya seringkali pluralisme terkesan bertentangan dengan iman Kristen karena masalah penafsirannya. Ada yang menafsirkan pluralisme secara sempit sehingga segala sesuatu termasuk hal-hal yang esensi mau dikompromikan. Akibatnya keunikan kekristenan, seperti keselamatan yang hanya di dalam Yesus tidak lagi menjadi hal yang mutlak. Karena itu pluralisme mestilah ditafsirkan dengan benar. Orang Kristen bisa memegang pluralisme: mengakui dan menerima agama / kepercayaan lain tanpa harus mengorbankan keunikan iman Kristen itu sendiri. Bila kita melihat ke belakang, kita akan menyaksikan bahwa tokoh-tokoh Alkitab pun bersifat pluralis. Contohnya Daniel, seorang hamba Allah mau bergaul dengan masyarakt Babel yang tidak beragama Yahudi dan Tuhan Yesus sendiri bisa hidup berdampingan dengan banyak orang yang menganut kepercayaan lain di Palestina dua ribu tahun lalu.
Samuel Novelman Wau, S.Th
Comments :
0 komentar to “PERANAN PLURALISME DALAM MEREDAM PERTIKAIAN”
Posting Komentar