A L K I T A B
I. PENDAHULUAN
Setiap orang yang hidup di dunia ini siapa pun dia pasti mempunyai kesadaran tentang adanya Tuhan. Kesadaran itu muncul karena dalam diri setiap orang sudah ada benih agama sejak lahir. Selain itu kesadaran tentang adanya Tuhan muncul dari alam. Tidak dapat disangakali bahwa dari alam saja orang bisa tahu bahwa ada Tuhan yang menciptakan semuanya. Seorang pemazmur mengakui hal itu dengan mengatakan: Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; (Maz.19:2). Melalui alam Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia.
Walaupun Allah menyatakan diri-Nya melalui alam ditambah lagi dengan adanya benih agama tadi sehingga manusia bisa tahu adanya Tuhan. Namun itu tidak cukup. Karena dosalah maka manusia tidak bisa mengenal Tuhan dengan benar sehingga diperlukan lagi penyataan atau wahyu khusus yang disebut dengan Alkitab.
II. ASAL-USUL ALKITAB
Alkitab, wahyu khusus seperti yang kita kenal sekarang tidaklah diturunkan secara utuh dan langsung dari surga. Terjadinya Alkitab ini melalui proses yang begitu panjang memakan waktu hingga ribuan tahun. Namun sebelum membahas itu ada baiknya kita tanamkan dalam hati terlebih dahulu bahwa Alkitab berasal dari Allah saja. Dalam 2 Timotius 3:16 dikatakan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Jadi Allah-lah yang mengilhamkan penulisan isi Alkitab yang biasa kita baca itu.
Dalam proses penulisan isi Alkitab ini ada dua faktor yang ikut berperan penting, yaitu faktor Allah dan faktor manusia. Allah mengilhamkan firman-Nya kepada nab-nabi dan rasul-rasul untuk dituliskan. Dalam penulisan tersebut manusia tidak pasif atau menjadi tidak sadarkan diri seperti orang kesurupan. Tidak! Para penulis sadar betul atas apa yang mereka tuliskan. Dalam menuliskan firman Allah para penulis memakai bahasa, bakat dan semua kemampuan manusiawi mereka. Namun tulisan-tulisan yang ditulis manusia itu dipimpin sendiri oleh Allah sehingga tidak mengurangi kewibawaannya sebagai firman Allah
Alkitab setelah ditulis oleh masing-masing penulisnya, itu semua tidak terkumpul dengan sendirinya seperti sekarang ini. Dan juga tidak pernah ada usaha-usaha manusia yang mau mengumpulkan tulisan-tulisan para nabi dan para rasul ini menjadi satu Alkitab. Lalu bagaimana Alkitab tersususn menjadi satu seperti yang kita gunakan saat ini? Jawabannya, kita melihat tangan Roh Kudus dengan mata iman. Ia memimpin orang-orang percaya hingga mereka mengumpulkan kitab-kitab menjadi sebuah Alkitab yang utuh. Jadi Allah sendirilah yang berperan dalam menjadikan Alkitab.
Alkitab yang kita miliki dan diakui sebagai firman Allah terdiri dari dua bagian besar, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab yang ditulis oleh Musa, Samuel, Daud, Salomo, Yesaya dan lain-lain. Sedangkan Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang ditulis oleh Matius, Paulus, Yakobus, Petrus dan lain-lain. Semuanya ada 66 kitas Itulah firman Allah yang sudah lengkap dan tidak perlu lagi ditambah atau dikurangi.
III. ALKITAB SEBAGAI FIRMAN ALLAH
Banyak yang orang atau golongan yang tidak menerima Alkitab sebagai firman Allah. Ada yang mengatakan bahwa Alkitab bukan firman Allah dan ada pula yang lebih halus sikapnya dengan mengatakan bahwa Alkitab berisi firman Allah. Pandangan yang pertama jelas bertentang dengan iman Kristen sedangkan yang kedua barangkali masih mengakui bahwa dalam Alkitab ada bagian-bagian tertentu yang merupakan firman Allah tetapi selebihnya bukan firman Allah. Jadi ini pun tidak dapat diterima.
Sebenarnya dari asal-usulnya saja, kita bisa melihat bahwa Alkitab itu adalah firman Allah. Itu tak terbantahkan. Namun di sini kita akan mempelajari sedikit bagaimana Alkitab bisa dikatakan sebagai firman Allah. Alkitab disebut firman Allah, pertama karena Allah sendiri yang mengilhami seluruh penulisan isi Alkitab (2 Tim 3:16), tidak ada satu bagian pun dari Alkitab yang tidak diilhamkan Allah.
Lalu yang kedua, Alkitab disebut firman Allah karena di dalam Alkitab sendiri tertulis sekian banyak kalimat yang menegaskan bahwa Alkitab adalah firman Allah, misalnya berfirmanlah Allah (Kej. 1:3), firman Tuhan datang kepadaku, bunyinya (Yer. 1:4), ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk (Hab. 1:1), Inilah wahyu Yesus Kristus (Wah. 1:1) dan masih banyak lagi yang lain. Kalimat-kalimat ini sudah lebih dari cukup untuk memberikan kesaksian bahwa Alkitab sebagai firman Allah.
Dan yang ketiga, kesaksian tokoh-tokoh di dalam Alkitab ikut meneguhkan kebenaran Alkitab sebagai firman Allah. Para penulis Perjanjian Baru seringkali mengutip ayat-ayat dari Perjanjian Lama dengan menganggapnya sebagai firman Allah contohnya Mat. 4:14-16 dan Yoh. 19:24. Dan yang keempat pengakuan Tuhan Yesus sendiri membenarkan bahwa Alkitab sebagai firman Allah. (Mrk. 12:10; Mrk. 7:6-7).
IV. SIFAT-SIFAT ALKITAB
Alkitab sebagai firman Allah memiliki sejumlah ciri yang menegaskan akan kewibawaannya. Di sini bisa disebutkan setidaknya ada tujuh ciri dari Alkitab, yaitu tidak mungkin keliru, syarat mutlak, berkuasa, cukup, terang, mencapai maksud dan merupakan kesatuan. Kita akan melihat satu persatu penjelasan dari ketujuh ciri Alkitab ini.
Alkitab tidak mungkin keliru dalam hal berita yang tertulis di dalamnya. Dasar dari keyakinan ini adalah karena Allah sendiri yang mengilhamkan penulisan Alkitab maka tidak mungkin terjadi kekeliruan di dalamnya. Memang tangan yang dipakai untuk menulis Alkitab tangan-tangan manusia yang penuh dengan kelemahan, keterbatasan dan kemungkinan untuk salah. Namun karena Allah yang memimpin selama penulisan Alkitab itu maka mustahil terjadi kekeliruan.
Lalu, Alkitab sebagai syarat mutlak. Kemutlakan Alkitab ini berkaitan dengan isinya yaitu sebagai alat untuk mengenal Tuhan. Dari luar Alkitab manusia bisa saja mengenalan Tuhan, namun pengenalan itu tidak utuh, kabur bahkan bisa membalikan kebenaran sehingga tidak heranlah kalau dari situ muncul agama-agama dunia. Agama-agama ini mau memperkenalkan Allah kepada manusia namun pribadi yang diberitakan itu bukanlah Allah sejati. Karena itu, kembali, hanya Alkitablah yang menjadi syarat mutlak untuk bisa mengenal Allah.
Alkitab juga berkuasa. Kekuasaaan Alkitab ini lebih tepatnya disebut sebagai kekuasaan Allah. Isi kekuasaan itu, adalah: percayalah dan perbuatlah apa yang tertulis di dalam Alkitab. Dampak dari kuasa Alkitab ini bisa kita saksikan dari perubahan-perubahan radikal dalam diri banyak orang ketika firman Allah sampai kepada mereka. Yang jahat menjadi baik, yang keras menjadi lembut, yang lemah dikuatkan dan lain sebagainya.
Ciri lain dari Alkitab, yaitu cukup. Barangkali Alkitab tidak cukup untuk menjadi sumber informasi bagi ilmu pengetahuan manusia atau sumber informasi sejarah karena Alkitab tidak ditulis untuk maksud itu. Namun Alkitab terlalu cukup untuk menjelaskan tentang Allah. Sekali lagi dari Alkitab saja manusia bisa kenal siapa itu Tuhan. Karena kecukupannya ini maka tidak perlu lagi ada wahyu atau kitab lain di luar ke-66 kitab dalam Alkitab (wah. 22:18-19).
Kemudian, Alkitab terang adanya. Terangnya Alkitab ini berhubungan dengan maksudnya tadi yaitu untuk menyatakan Allah kepada manusia. Alkitab tidak menyembunyikan Allah dari manusia. Dengan terus terang Alktab memberitahukan bahwa Allah itu ada sehingga manusia tidak perlu lagi meraba-raba dalam kegelapan untuk mencari Allah. Kalau ternyata dalam prakteknya kita masih menemukan hal-hal yang sifatnya rahasia di dalam Alkitab itu bukan berarti Alkitab tidak lagi terang adanya. Tidak, tapi karena kelemahan dan keberdosaan kitalah maka kita tidak dapat memahami Alkitab selengkapnya. Itu mustahil. Walaupun demikian tapi Alkitab tetap terus terang memberitakan tentang Allah.
Selain itu, ciri lain dari Alkitab, yaitu mencapai maksud. Berkali-kali dikatakan di sini bahwa maksud penulisan Alkitab adalah untuk menyatakan Allah kepada mansuia. Jadi segala sifat-sifat Allah seperti kemuliaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kekudusan-Nya dan keadilan-Nya itulah yang mau dinyatakan kepada manusia. Seseorang suka atau tidak suka ia akan menyaksikan sifat-sifat Tuhan ini dalam hidupnya.
Dan ciri terakhir Alkitab, yaitu merupakan kesatuan. Ke-66 kitab dalam Alkitab ditulis oleh begitu banyak orang yang berbeda profesi dan kebanyakan tidak saling mengenal. Mereka dipisahkan oleh tempat dan rentang waktu yang sangat jauh. Dari zaman Musa (penulis Taurat) hingga zaman Yohanes (penulis Wahyu) terentang waktu sekitar 4000 tahun. Namun yang mengherankan adalah kitab-kitab yang mereka tulis merupakan satu kesatuan. Ke-66 kitab itu satu dalam menyatakan tentang Allah yang hidup yang dikenal dalam pribadi Kristus.
V. PENUTUP
Akhirnya bisa disimpulkan di sini bahwa Alkitab berasal dari Allah saja dan menyatakan kepada manusia siapa itu Allah. Karena Alkitab berasal dari pada Allah maka bisa dikatakan Alkitab merupakan firman Allah yang berbeda dengan semua buku-buku yang ada di dunia ini. Selain itu Alkitab juga memiliki sejumlah ciri-ciri yang menegaskan akan kewibawaannya sebagai firman Allah.
Allah sudah melakukan bagian-Nya, yaitu memberikan Alkitab dan menyatakan diri-Nya di situ. Sekarang bagian kita, yaitu menerima Alkitab itu dengan rendah hati sebagai firman Allah. Lalu membaca dan merenungkannya sehingga dari situ kita boleh semakin mengenal Allah dan dengan semakin mengenal-Nya tentu kita akan semakin mengasihi-Nya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “A L K I T A B”
Posting Komentar