SEJARAH DAN ORIENTASI
PUJIAN PENYEMBAHAN
Membaca judul ini pastilah kita segera tahu kalau yang mau dibahas di sini adalah sejarah dan orientasinya pujian penyembahan. Betul! Tetapi sebelum masuk dalam pokok pembahasan, di sini akan dijelaskan terlebih dahulu apa itu yang dimaksud dengan pujian dan penyembahan untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca. Dan kemudiaan di bagian akhir nanti akan dijelaskan sedikit tentang sejarah perkembangan musik karena itu berkaitan erat dengan pujian penyembahan dalam gereja – bagi sebagaian besar orang Kristen: berbicara tentang pujian penyembahan berarti berbicara tentang musik.
I. Arti Pujian dan Penyembahan
Dalam gereja sering terdengan istilah pujian penyembahan. Menariknya, kata pujian ditujukan pada lagu-lagu rohani yang nadanya cepat sedangkan kata penyembahan ditujukan pada lagu-lagu rohani yang nadanya lembut. Apakah memang seperti itu maksudnya?
Kalau kita kembali pada akar katanya, sebenarnya kata pujian ini berarti ucapan syukur kepada Allah yang diekspresikan dengan berbagai cara dalam bentuk kata-kata, nyanyian, gerakan tubuh dan permainan alat musik. Sedangkan penyembahan adalah sebuah pengabdian hidup sepenuhnya kepada Tuhan melalui
Hanya karena istilah pujian penyembahan ini sudah lama berakar di gereja dan selalu dipahami oleh banyak orang Kristen sebagai nyanyian rohani jadi dalam pembahasan ini kita tetap menggunakan istilah pujian penyembahan.
II. Sejarah Praktek Pujian Penyembahan
1. Pujian Penyembahan pada zaman Adam-Hawa
Kita harus akui bahwa tidak ada catatan sejarah yang mencatat tentang praktek pujian penyembahan pada zaman Adam-Hawa. Walaupun begitu bukan berarti kita tidak dapat melacak praktek pujian penyembahan nenek moyang kita ini. Setidaknya kita masih memiliki Alkitab yang bisa memberikan informasi.
Laporan Alkitab tentang pujian penyembahan Adam-Hawa tidak seperti pujian penyembahan yang kita kenal saat ini, yaitu dalam bentuk lagu-lagu rohani yang diiringin dengan permaianan sejumlah alat musik. Barangkali mereka juga mempraktekkan hal seperti itu tetapi pujian penyembahan mereka lebih bertumpu pada hubungan pribadi dengan Allah di Taman Eden.
2. Pujian Penyembahan pada zaman Abraham-Ishak-Yakub
Mengacu dari pola pujian penyembahan Adam-Hawa tadi yang menekankan pada hubungan pribadi dengan Allah maka kita bisa mengatakan bahwa pujian penyembahan ketiga leluhur Israel ini dipraktekkan dalam bentuk mendirikan mezbah dan pemberian korban bakaran kepada Tuhan. Semenjak mereka dipilih dan dipanggil Allah menjadi umat-Nya saat itulah mereka terbiasa memberikan korban bakaran kepada Tuhan sebagai wujud pujian penyembahan mereka (Kej. 12:7-9; 15:9-10; Kej. 35:7). Selain itu pujian penyembahan mereka juga diekspresikan secara fisik dimana ketika mereka berhadapan dengan hadirat Tuhan mereka jatuh tersungkur menyembah sambil mengucapkan kata-kata pujian yang mengagungkan Allah (Kej. 18:1-15).
3. Pujian Penyembahan pada zaman Israel
Pujian penyembahan yang diekspresikan dengan menyanyikan lagu-lagu dan permaianan alat musik pertama sekali diperkenalkan dalam Alkitab saat perayaan kemenangan Tuhan atas pasukan Firaun (Kel. 15:1-12). Selanjutnya bangsa Israel menjadikan pujian penyembahan ini bagian tak terpisahkan dari ibadah kepada Tuhan. Raja Daud membentuk paduan suara dan orkestra dari suku Lewi untuk ibadah di Kemah Suci. Kemudian ketika Salomo mendirikan Bait Suci, pergelaran musik rohani menjadi semakin semarak. Yosephus, seorang sejarawan Yahudi mengatakan bahwa ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. Dan II Tawarikh 5 memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen musik dalam ibadah kepada Tuhan.
4. Pujian Penyembahan pada zaman Yesus dan Rasul-rasul
Sebagai orang Yahudi, Yesus dan rasul-rasul ikut mempraktekkan upacara agama Yahudi termasuk unsur pujian penyembahannya. Saat itu di kalangan orang Yahudi pujian sangat diperhatikan dalam ibadah yaitu dengan menyanyikan lagu-lagu rohani dari Kitab Mazmur (Maz. 113-118 bdn Mat. 26:30). Ada juga nyanyian lain yang diambil dari kitab lain seperti di Ul. 6:41 dan Yes. 6:3. Biasanya ibadah ini dilakukan dengan penuh semangat, bergembira, menari dan menyanyikan lagu tentang Taurat.
5. Pujian Penyembahan pada zaman Gereja Purba
Pada masanya gereja purba mengahdapi penganiayaan dari dua arah, yaitu dari orang Yahudi dan pemerintah Romawi. Akibatnya ketika beribadah termasuk menyanyikan pujian penyembahan terpaksa dilakukan secara sembunyi-sembuyi. Walaupun demikian tetapi pujian penyembahan tetap menjadi ekspresi sukacita orang-orang Kristen. Sejarah mencatat bahwa banyak martir yang mengahadapi kematian sambil mendendangkan lagu pujian tentang Juruselamat mereka. Pada masa ini juga puji penyembahan sudah ditujukan kepada Yesus sebagai pribadi Allah.
Sumber utama lagu-lagu rohani gereja perdana ialah Kitab Mazmur. Dan selain itu kita juga mendapati sejumlah nyanyian baru seperti nyanyian Maria (Luk. 1:46-55), nyanyian Zakharia (Luk. 1:68-79), nyanyian para malaikat (Luk. 2:14), nyanyian Simeon (Luk. 2:29), nyanyian Yesus (Mat. 26:30). Nyanyian lain dalam Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kis. 16:25 dan nyanyian orang-orang tebusan dalam Wah. 14:3 dan 15:3. Musik gereja mula-mula kebanyakan vokal, dengan sedikit perhatian terhadap pemakaian instrumen.
6. Pujian Penyembahan pada zaman Reformasi Gereja
Gerakan reformasi gereja yang dipimpin oleh Marthin Luther dan John Calvin tidak hanya memberikan perhatian pada masalah doktrin tetapi juga pada masalah pujian penyembahan. Perhatian tokoh-tokoh reformasi ini diwujudkan dengan menggubah lagu-lagu rohani dari Kitab Mazmur. Calvin mengatakan bahwa Mazmur adalah nyanyian yang paling banyak memuji Allah dan merupakan ciptaan Roh Kudus. Selanjutnya ia mengatakan: ”kita memerlukan nyanyian yang bukan saja indah tetapi juga bersifat suci dan yang mengingatkan kita untuk berdoa kepada Allah untuk memuji Tuhan dan untuk merenungkan perbuatan-Nya, agar kita mengasihi-Nya dan takut akan Dia serta menghormati dan memuliakan Dia.”
Di Indonesia, semangat pujian penyembahan para reformator ini umumnya diteruskan oleh gereja-gereja yang berada di bawah naungan PGI. Mereka bekerjasama dengan Yamuger untuk menghasilakan nyanyian rohani yang baik.
7. Pujian Penyembahan pada zaman Modern
Pujian penyembahan saat ini didominasi oleh gerakan yang menamakan dirinya pentakosta-kharismatik. Pujian penyembahan merupakan unsur terkuat dalam ibadah. Ini dilengkapi dengan musik sejenis pop dan gerak tubuh yang ekspresif seperti bertepuk tangan, menari, mengangkat tangan dan lain-lain. Semua ekspresi itu umumnya bersifat perayaan.
III. Orientasi pujian Penyembahan
Saat ini boleh dikatakan sebagai masa agung dari pujian penyembahan. Seorang tokoh mengatakan demikian: ”Belum pernah terjadi dalam sejarah gereja dimanaTuhan begitu ditinggikan dan disembah dengan semangat dan gairah yang luar biasa seperti sekarang ini.” Hal itu ditandai dengan pembangunga Praise Center, peregelaran acara Pujian Penyembahan dan penyelenggaraan seminar Pujian Penyembahan seperti yang kita lakukan hari ini.
Kebangunan pujian penyembahan ini tentu saja sangat menggembirakan kita orang Kristen dan memberikan sumbangan besar bagi kemajuan gereja. Namun sebagaiaman ungkapan yang mengatakan tidak ada gading yang tidak retak, pujian penyembahan ini pun di satu sisi dalam beberapa hal perlu dikoreksi. Koreksi yang dimaksud, penulis fokuskan dalam hal tujuan pujian penyembahan.
Jujur ada banyak lagu-lagu pujian penyembahan yang terkesan meninggikan Tuhan tetapi di balik itu ada motivasi yang tidak beres, yaitu kepentingan ego manusia. Dan sedihnya hal ini sudah berlangsung lama tanpa kita sadari. Adapun kepentingan ego tersebut seperti:
1. Pemuliaan diri sendiri
2. Memenuhi perasaan
3. Menjadikan sebagai sarana hiburan
4. Sekedar menyalurkan bakat
Jelas motivasi ini salah dan tidak sesuai dengan pujian penyembahan yang pernah dilakukan oleh para pendahulu kita. Kalau kita kembali pada arti kata pujian (penyembahan) maka seharusnya itu ditujukan kepada Tuhan saja dan sedikit pun tidak ada kepentingan manusia di sana.
Saran-saran bagi pelaksanaan pujian penyembahan:
1. Lakukanlah dengan hati yang bersih
2. Lakukanlah untuk kemuliaan nama Tuhan
3. Lakukanlah dengan tidak dikekang oleh suatu metode manusia
1. Ciptakanlah lagu yang didasari kebenaran Alkitab
2. Ciptakanlah lagu dengan menguti ayat-ayat Alkitab
3. Ciptakanlah lagu dengan prioritas untuk kemuliaan Tuhan
1. Seleksilah lagu khususnya lagu-lagu kontemporer.
2. Gunakanlah lagu-lagu yang sesuai dengan kebenaran Alkitab
3. Pimpinlah jemaat menyanyikan lagu-lagu untuk keagungan nama Tuhan
IV. Sejarah Perkembangan Musik Rohani
Musik yang kita kenal saat ini termasuk musik rohani tidak muncul dengan sendirinya atau merupakan hasil ciptaan manusia modern. Sebenarnya musik berasal dari Tuhan sendiri. Tuhanlah yang menciptakan dan yang empunya musik. Kemudian musik ini dipercayakan kepada malaikat Lucifer sebelum kejatuhan untuk mengelolanya bagi keagungan nama Tuhan saja (Yes. 14:11-12; Yeh 28:12).
Dalam kebudayaan manusia musik pertama sekali diperkenalakan oleh seorang yang bernama Yubal (Kej. 4:21). Kemudiaan musik ini dipergunakan oleh orang Mesir dalam ritual agama mereka. Orang Mesir memiliki banyak instrumen musik. Pengetahuan musik ini diteruskan kepada orang Yunani dimana mereka menggunakannya dalam penyembahan kepada dewa-dewa.
Musik rohani diperguankan juga dalam ibadah orang Yahudi kepada Tuhan hanya itu tidak terlalu dikembangkan. Barulah pada masa kekristenan musik rohani mengalami kemajuan pesat. Para pemimpin gereja mendorong jemaat untuk banyak memuji Tuhan. Dalam gereja lahir berbagai jenis musik yang berpengaruh sampai sekarang. Dan puncaknya, yaitu ketika para imigran dari Eropa (Inggris) membawa musik rohani ke benua Amerika. Dan dari sanalah kemudian musik rohani yang kita kenal sekarang menyebar ke seluruh dunia
Samuel Novelman Wau, S.Th